Jumat, 29 Juli 2011

Airmata Cinta Pembersih Dosa

Kaum yang bertaqwa telah sampai, sementara kami belum…
Kami bingung, tidak paham, dan tidak tahu
Wahai Kekasih kami, anugerahkanlah wanginya hubungan
Kami tidak akan menegrti tanpa kedermawanan-Mu
Jika Engkau memberi, kami berharap ampunan-Mu
Dan kami bersimpuh di pintu agung-Mu
Kami merendah di hadapan-Mu, smoga Engkau dengan kelembutan-Mu, mau memberi kami rida-Mu
Demi kebenaran-Mu, kami menghampiri perlindungan-Mu
Kami pernah terusir ketika kami menuju kepada-Mu
Kami terhalang oleh tebalnya maksiat
Kami terhijab oleh dosa kami kepada-Mu
Jarak yang jauh ini bukan berasal dari-Mu melainkan akibat dosa yang kami perbuat selalu
Engkau telah membuka pintu kemurahan-Mu sebagai karunia untuk kami setelah dosa kami di kepada-Mu
Kami memang tidak pantas berada di dekat-Mu namun kami bertobat dan ingin kembali ke pangkuan-Mu
Kami menjalin hubungan adil dengan-Mu untuk beberapa waktu dan berjanji setia namun kemudian kami menghianati-MuEngkau tidak mengingkari janji kepada kami
Kamilah yang mengingkari janji kepada-Mu
Kami jauh dari Rida-Mu karena dosa
Seandainya pantas, tentu kami didekap-Mu
Kami mengakui kesalahan kami kepada-Mu
Anugerahilah rida-Mu dan kami telah mengaku
Tidak ada yang diharapkan oleh hamba kecuali Tuhannya
Engkau mengasihi kami betapun kami dahulu
Tidak ada selain-Mu yang bisa menggantikan
Bukankah kebenaran takkan berarti tanpa-Mu?
Betapa indah dan nikmatnya berhubungan dengan-Mu
Betapa tinggi dan mulianya kedudukan-Mu
Kemualian kami ada pada merendahnya kami kepada-Mu
Kehormatan kami terwujud saat kami tunduk kepada-Mu


Sungguh malam tidak pernah berubah
Engkau tetap tidak peduli dengan keburukan
Engkau Tidur nikmat dalam kesenangan dan puas dengan nafsu yang terlampiaskan
Tidakkah engkau lihat dosa di pundakmu besar dan berberet laksana pegunungan?
Layakkah engkau bekerja seperti sekarang tanpa peduli keharaman dan kehalallan?
Jika engkau tidak tertarik kepada dunia, engkau telah menahan nafsu kesesatan
Ayahku, Khalil, melewati malam dengan ibdaha menjadikan al-sab al-thiwal sebagai bacaan
Dengan hati yang senantiasa gemetar dan mata selalu dalam tangisan
Kulihat hari demi hari memindahkan kita sedikit demi sedikit menuju kuburan
Selama masih hidup cukuplah sedikit gandum disertai segelas air tawar sebagai minuman
Apabila akhir perjalanan petaka, buat apa mencari kesenangan dan kenikmatan?
Bukankah ada pelajaran dari mereka  yang telah tiada entah ibu, bapak, paman, entah keponakan
Tampak istri berada dibelakangku sementara kerandaku dipikul oleh handai tolan
Mereka menyegerakan perjalanan tanpa kusadari menuju negeri kemenangan ataukah kemalangann
Kita semua sudah pasti mati
Yang hidup kekal hanyalah Allah sang Rahmat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar