Jumat, 30 Desember 2011

RENUNGAN ” untuk-ku dan untuk-mu “

Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak..
Terimakasih karena telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk kau pilih..
Padahal kau begitu tahu, aku hanya wanita biasa, yang sangat jauh dari sempurna.
Karenanya ku ingin kau tahu, aku bukan wanita yang sempurna, aku begitu banyak kekurangan. Maka ketahuilah..
Kepadamu yang akan memilihku kelak..
Aku tak sebijak bunda Khadijah..
Karenanya ku ingin kau tahu, aku bisa saja berbuat salah dan begitu menyebalkan.
Maka ku mohon padamu, bijaklah dalam menghadapiku, jangan marah padaku, nasihati aku dengan hikmah, karena bagiku kaulah pemimpinku, tak akan berani ku membangkang padamu..
Duhai kau yang telah memilihku kelak..
Ingatlah, tak selamanya aku dapat tampak cantik di matamu, ada kalanya aku akan begitu kusam dan jelek.
Mungkin karena aku begitu sibuk berjibaku di dapur, menyiapkan makan untuk kau dan malaikat-malaikat kita nanti -insya’Allah-.
Maka aku akan tampak kotor dan berbau asap.
Atau karena seharian ku harus membenahi istana kecil kita, agar kau dan malaikat kita dapat tinggal dengan nyaman dan sehat.
Maka mungkin aku tak sempat berdandan untuk menyambutmu sepulang bekerja..
Ataukah kau akan menemukanku terkantuk-kantuk saat mendengar keluhan dan ceritamu, bukan karena aku tak suka menjadi tempatmu menumpahkan segala rasamu, tapi karena semalam saat kau tertidur dengan nyenyak, aku tak sedetikpun tertidur karena harus menjaga malaikat kecil kita yang sedang rewel, dan ku tau kau letih mengais rezeki untuk kami maka tak ingin ku mengusik sedikit pun lelapmu..
Jadi jika esok pagi kau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku, maka tetaplah tersenyum padaku, karena kau adalah kekuatanku..
Padamu yang menjadi nahkoda dalam hidupku kelak..

Ketahuilah, aku tak sesabar Fatimah,
Ada kalanya kau akan menemukanku begitu marah, menangis dan tak terkontrol, bukan karena ku membangkang padamu, tapi aku hanya wanita biasa, aku juga butuh tempat untuk menumpahkan beban di hatiku, tempat untuk melepaskan penatku, dan mungkin saat itu aku tak menemukanmu, atau kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu..
Maka bersabarlah, yang ku butuhkan hanya pelukan dan belaianmu..
Karena bagiku kau adalah tetesan embun yang mampu memadamkan segala resahku..
Ataukah ada kalanya tanganku akan mencubit dan memukul pelan si kecil karena lelah dan penatku di tambh rengekannya yang tak habis-habisnya.
Sungguh bukan karena ku ingin menyakitinya, tapi kadang aku kehabisan cara untuk menenangkan hatinya..
Maka jangan membentakku karena telah menyakiti buah hati kita, tapi cukup kau usap kepalaku, dan bisikkan kata sayang di telingaku, karena dengan itu ku tau kau selalu menghargai semua yang ku lakukan untuk kalian, dan kau akan menemukanku menangis menyesali perlakuanku pada malaikat kita, dan aku akan merasakan ribuan kali rasa sakit dari cubitan yang ku berikan padanya, dan aku akan berjanji tak akan mengulanginya lagi..
Padamu yang menjadi imam dalam hidupku kelak..

Ketahuilah, aku tak secerdas Aisyah..
Maka jangan pernah bosan mengajariku, membimbingku ke arah-Nya, walau kadang aku begitu bebal dan bodoh, tapi jangan pernah letih mengajariku..
Jangan segan membangunkanku di sepertiga malam untuk bersamamu bermunajat pada Kekasih yang Maha Kasih..
Jangan letih mengingatkanku untuk terus bersamamu mendulang pahala dalam amalan-amalan sunnah..
Bimbing tanganku ke Jannah-Nya, agar kau dan aku tetap bersatu di dalamnya..
Padamu yang menjadi kekasih hati dan teman dalam hidupku..
Seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan rambutku yang dulu hitam legam dan indah, akan menipis dan memutih.
Kulitku yang bersih akan mulai keriput. Tanganku yang halus akan menjadi kasar.. Dan kau tak akan menemukanku sebagai wanita cantik, yang kau khitbah puluhan tahun yang lalu.. Bukan wanita muda yang selalu menyenangkan matamu..
Maka jangan pernah berpaling dariku.. Karena satu yang tak pernah berubah, bahkan sejak dulu akan terus bertambah dan kian membuncah, yaitu rasa cintaku padamu..
Ketahuilah.. Tiap harinya, tiap jam, menit dan detiknya, telah aku lewati dengan selalu jatuh cinta padamu..
Maka, cintailah aku, dengan apa adanya aku..
Jangan berharap aku menjadi wanita sempurna..
Maafkan aku karena aku bukan putri..
Aku hanya wanita biasa..
(¯`v´¯) ♥ Amiin yaa Robbal’alamiin ♥
`·.¸.·“(´’`v´’`)♥(¯`v´¯)♥(¯`v´¯)♥(¯`v´¯)
..♥♥…♥.`•.¸.•´♥. `·.¸.·`.♥” Bidadari Dunia Mencari Cinta Sejati-Nya”♥
(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥
`·.¸.·`¸.´`·.¸.·`¸.´`·.¸.·`¸.“·.¸.·`¸.“·.¸.·`¸.“·.¸.·`¸.´`·.¸.·

Nasihat Rasulullah Sambut Malam Pertama..

Rasulullah SAW begitu romantis kepada istrinya. Beliaupun punya nasihat indah bagi setiap pengantin baru. Apa sajakah? Berikut nasihat beliau.
• MENCIUM KENING
Malam pertama begitu indah, tapi kata Rasulullah, harus diiringi doa serta memberikan sentuhan kemesraan perdana kepada istri. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak, maka peganglah ubun-ubunya lalu bacalah ‘basmalah’ serta doakanlah dengan doa berkah seraya mengucapkan: ‘Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa.’” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Hakim).
• SALAT SUNAH
Agar pernikahan kita diiringi rida dan rahmat Allah, Rasul pun mengajarkan agar sebelum berhubungan suami istri di malam pertama hendaknya salat sunah dua rakaat lebih dulu.
Anjuran ini bisa kita lihat dalam sebuah hadis dari Abu Sa’id maula (budak yang telah dimerdekakan) Abu Usaid. Ia berkata: “Aku menikah ketika aku masih seorang budak. Ketika itu aku mengundang beberapa orang Shahabat Nabi, diantaranya ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr dan Hudzaifah radhiyallaahu ‘anhum. Lalu tibalah waktu shalat, Abu Dzarr bergegas untuk mengimami salat. Tetapi mereka berkata: ‘Kamulah (Abu Sa’id) yang berhak!’ Ia (Abu Dzarr) berkata: ‘Apakah benar demikian?’ ‘Benar!’ jawab mereka. Aku pun maju mengimami mereka salat. Ketika itu aku masih seorang budak. Selanjutnya mereka mengajariku, ‘Jika isterimu nanti datang menemuimu, hendaklah kalian berdua shalat dua rakaat. Lalu mintalah kepada Allah kebaikan istrimu itu dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya. Selanjutnya terserah kamu berdua…’” (Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah).
• DOA PEMBUKA
Setelah salat sunah dua rakaat, dianjurkan pula untuk berdoa. Sebagaimana hadis: “Seorang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari setan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan salat dua rakaat di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdoalah): “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rezeki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rezeki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan.” (lihat di Kitab al-Mushannaf).
• MINUM SEGELAS AIR
Sebelum memulai hubungan kali pertama, Rasul berpesan agar jangan terburu-buru. Alangkah baiknya dimulai dengan kelembutan dan kemesraan. Misalnya, dengan memberinya segelas air minum atau yang lainnya. Sebagaimana hadis Asma’ binti Yazid binti as-Sakan r.a., ia berkata: “Saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah SAW. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk disamping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah SAW disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazin berkata: “Aku menegur ‘Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah SAW!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.” (HR. Ahmad di kitab Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah)
• DOA SEBELUM BERHUBUNGAN
Subhanallah, Islam begitu indah mengatur hubungan suami istri. Setiap kali akan berhubungan suami istri, selalu diingatkan untuk senantiasa berdoa: “Bismillah, Allahumma jannibnaasy syaithaana wa jannibisy syaithaana maa razaqtana.”
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari setan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya.” (HR. Bukhari, Muslim).

Hadits dan Ayat Alqur’an Tentang Pernikahan

“Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang
isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga
memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka
Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih &
sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari
isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah
dosa-dosa dari segala jemari keduanya” (HR. Abu Sa’id)
“Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah
berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang
diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu Ady
dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpiirk” (Ar-Ruum
21)
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN
MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas
(pemberianNya) dan Maha Mengetahui.”
(An Nuur 32)
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan,
supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (Adz Dzariyaat.49)
“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu
perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra.32)
“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang,
kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar
menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (Al-A’raf 189)
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang
baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”
(An-Nur 26)
“Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan” ( AnNisaa : 4)
“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka,
bukan golonganku” (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)
“Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu :
berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan
menikah” (HR. Tirmidzi)
“Janganlah seorang laki-laki berdua-duan (khalwat)
dengan seorang perempuan, karena pihak ketiga adalah
syaithan” (HR. Abu Dawud)
“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang
telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah.
Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa
yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena
sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya”
(HR. Bukhori-Muslim)
“Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat,
sebab syaithan menemaninya. Janganlah salah seorang di
antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai
mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari
Abdullah Ibnu Abbas ra).
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang
wanita yang tidak disertai mahramnya, karena
sesungguhnya yang ketiga adalah syetan” (Al Hadits)
“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan
sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang
sholihah” (HR. Muslim)
“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau
senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia
(dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima
(lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan
kerusakan yang luas” ( H.R. At-Turmidzi)
“Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh
Allah, berarti telah ditolong oleh-Nya pada separuh
agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa pada
separuh yang lain” (HR. Al-Hakim dan At-Thohawi)
“Jadilah istri yang terbaik. Sebaik-baiknya istri,
apabila dipandang suaminya menyenangkan, bila
diperintah ia taat, bila suami tidak ada, ia jaga
harta suaminya dan ia jaga kehormatan dirinya” (AlHadits)
“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : 1.
Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. 2.
Budak yang menebus dirinya dari tuannya. 3. Pemuda / i
yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang
haram” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
“Wahai generasi muda! Bila diantaramu sudah mampu
menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih
terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara”
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)
“Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang
mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu
sebagai umat yang terbanyak” (HR. Abu Dawud)
“Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah
kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku
bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah
umat yang lain” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)
“Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan
sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah”
(HR. Bukhari)
“Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang
hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling
hina adalah kematian orang yang memilih hidup
membujang” (HR. Abu Ya¡Â?la dan Thabrani)
“Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang
siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih
lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan
terhormat” (HR. Ibnu Majah,dhaif)
“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang
yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah
akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan
menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)
“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau
akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan
akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu
dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita
karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya,
Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan
memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita
karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan
kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya
karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya
atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah
senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan
itu padanya” (HR. Thabrani)
“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya,
mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan
kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin
saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan
tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab,
seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk
wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)
“Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah
bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang
karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan
kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR.Muslim dan Tirmidzi)
“Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang
paling ringan maharnya” (HR. Ahmad, Al Hakim, Al
Baihaqi dengan sanad yang shahih)
“Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau
lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah,
maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi
wali pernikahannya.” (HR. Ashhabus Sunan)
“Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang
sederhana belanjanya (maharnya)” (HR. Ahmad)
“Dari Anas, dia berkata : ” Abu Thalhah menikahi Ummu
Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya” (Ditakhrij dari An Nasa’i)
“Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor
kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Rasulullah Saw melarang laki-laki yang menolak kawin (sebagai alasan)
untuk beralih kepada ibadah melulu.” (HR. Bukhari)
“Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah benda (perhiasan)
dan sebaik-baik benda (perhiasan) adalah wanita (isteri) yang sholehah”. (HR. Muslim)
“Rasulullah Saw bersabda kepada Ali Ra: “Hai Ali, ada tiga perkara yang janganlah
kamu tunda-tunda pelaksanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya,
jenazah bila sudah siap penguburannya, dan wanita (gadis atau janda)
bila menemukan laki-laki sepadan yang meminangnya.” (HR. Ahmad)
“Seorang janda yang akan dinikahi harus diajak bermusyawarah
dan bila seorang gadis maka harus seijinnya (persetujuannya),
dan tanda persetujuan seorang gadis ialah
diam (ketika ditanya). “(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Kawinilah gadis-gadis, sesungguhnya mereka lebih sedap mulutnya
dan lebih banyak melahirkan serta lebih rela
menerima (pemberian) yang sedikit.”(HR. Ath-Thabrani)
“Janganlah seorang isteri memuji-muji wanita lain di hadapan
suaminya sehingga terbayang bagi suaminya seolah-olah dia
melihat wanita itu.” (HR. Bukhari)
“Seorang isteri yang ketika suaminya wafat meridhoinya maka
dia (isteri itu) akan masuk surga. “(HR. Al Hakim dan Tirmidzi)
“Hak suami atas isteri ialah tidak menjauhi tempat tidur suami
dan memperlakukannya dengan benar dan jujur, mentaati perintahnya
dan tidak ke luar (meninggalkan) rumah kecuali dengan ijin suaminya,
tidak memasukkan ke rumahnya orang-orang
yang tidak disukai suaminya. “(HR. Ath-Thabrani)
“Tidak sah puasa (puasa sunah) seorang wanita yang suaminya
ada di rumah, kecuali dengan seijin suaminya. “(Mutafaq’alaih)
“Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan
kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan
memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena
besarnya jasa (hak) suami terhadap isterinya.”(HR. Ahmad)
“Apabila di antara kamu ada yang bersenggama dengan isterinya
hendaknya lakukanlah dengan kesungguhan hati. Apabila selesai
hajatnya sebelum selesai isterinya, hendaklah dia sabar menunggu
sampai isterinya selesai hajatnya. “(HR. Abu Ya’la)
“Apabila seorang di antara kamu menggauli isterinya,
janganlah menghinggapinya seperti burung
yang bertengger sebentar lalu pergi. “(HR. Aththusi)
“Seburuk-buruk kedudukan seseorang di sisi Allah pada
hari kiamat ialah orang yang menggauli isterinya dan isterinya
menggaulinya dengan cara terbuka lalu suaminya mengungkapkan
rahasia isterinya kepada orang lain. “(HR. Muslim)
“Sesungguhnya wanita seumpama tulang rusuk yang bengkok.
Bila kamu membiarkannya (bengkok) kamu memperoleh
manfaatnya dan bila kamu berusaha meluruskannya
maka kamu mematahkannya. “(HR. Ath-Thahawi)
“Talak (perceraian) adalah suatu yang halal yang
paling dibenci Allah. “(HR. Abu Dawud dan Ahmad)
“Ada tiga perkara yang kesungguhannya adalah kesungguhan (serius)
dan guraunya (main-main) adalah kesungguhan (serius), yaitu perceraian,
nikah dan rujuk. “(HR. Abu Hanifah)
“Apabila suami mengajak isterinya (bersenggama) lalu isterinya
menolak melayaninya dan suami sepanjang malam jengkel
maka (isteri) dilaknat malaikat sampai pagi. “(Mutafaq’alaih)
“Allah tidak akan melihat (memperhatikan) seorang lelaki yang
menyetubuhi laki-laki lain (homoseks) atau yang
menyetubuhi isteri pada duburnya. “(HR. Tirmidzi)

Membuka Lembaran Baru

Dalam hidup, setiap orang pasti akan dihadapkan pada kondisi dimana dia harus membuka lembaran baru…dimana dia harus memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda dengan apa yang dilakukan pada saat sebelumnya. Membuka suatu lembaran baru dalam kehidupan tidaklah semudah membuka lembaran baru di buku, kompleksitas hidup ini membuat lembaran baru tersebut tidak mudah untuk dimulai.
Ketika seseorang dihadapkan pada kondisi untuk memulai suatu lembaran baru kehidupan, dia bakal dihadapkan pada kenangan-kenangan masa lalu yang seolah mengikatnya sehingga ia sulit untuk melangkah memulai lembaran baru tersebut. Apalagi apabila telah sangat banyak hal maupun kenangan yang terjadi di lembaran yang lalu,  tentunya meninggalkan lembaran tersebut akan membuat suatu kekosongan yang besar dalam hati orang tersebut.
Seringkali di persimpangan ini orang mempertanyakan kembali apa yang menjadi tujuan hidupnya, apakah tepat baginya untuk melepaskan lembaran yang lama tersebut dan beralih ke sesuatu yang sama sekali baru, ataukah sebaiknya dia men-copy paste bagian-bagian dari lembaran masa lalu tersebut lalu meng-edit nya sehingga dapat sesuai dengan apa yang diharapkan sekarang. Bagaimana seseorang mengambil keputusan dalam kondisi seperti ini menggambarkan sejauh mana tingkat kedewasaan seseorang, seberapa jauh kisah-kisah kehidupan telah membuat seseorang dapat lebih berpikir dengan jernih dan dengan keluasan wawasan yang mencukupi.
Terkadang, bila ditelaah secara lebih mendalam lagi sebenarnya persimpangan masalah yang kita hadapi dalam kehidupan ini bukanlah suatu masalah baru yang tiba-tiba muncul. Misalnya, ada seseorang dan orang yang dia kasihi menemukan suatu permasalahan yang menyimpang di hadapan mereka, namun mereka mencoba mengambil alternatif dengan menjalani semuanya sambil berproses menuju ke suatu titik solusi yang belum tampak. Suatu saat mereka kembali dipertemukan lagi dengan permasalahan yang kalau dipikir secara jernih, mirip dengan persimpangan yang ada di lembaran yang lama tersebut. Kalau coba ditelaah, sebenarnya masalah yang dihadapi pada saat ini bukanlah suatu peristiwa lepas yang sekaligus mengakhiri lembaran yang lama. Dapat diartikan bahwa hal tersebut sebagai ‘tamparan’ bagi kedua insan ini untuk mengingat ‘PR’ mereka yang sempat terlupakan.
Melihat keterkaitan antara pembatas lembaran baru dan lama ini, sebenarnya seseorang bisa saja tidak perlu ‘menyiksa’ dirinya sendiri ataupun orang yang terkait dengan memulai segala sesuatu nya dari nol lagi, apalagi bila harus melepaskan lembaran lama tersebut sama sekali. Bukan suatu kemustahilan untuk memilih bersikap dengan nge-paste dan edit apa yang telah ada di lembaran yang lama. Mungkin perlu ada sikap realistis dalam memulai suatu lembaran yang baru. Namun, yang perlu diwaspadai adalah tipisnya perbedaan antara realistis dan pesimistis…Banyak orang yang terjebak ketika mencoba bersikap realistis dalam membuka lembaran ‘baru’ dalam hidupnya sehingga justru menjadi seorang yang pesimistis.
So, mari kita songsong lembaran baru dalam hidup kita masing-masing dengan positif, serta optimistis…jangan takut dan jangan menyerah menghadapi tantangan yang menyertaimu. Yakinlah bahwa jalan keluar dari suatu masalah bukan hanya antara A atau B saja, namun juga mungkin saja ada A sampai Z solusi yang mungkin masih belum terpikir.
Buka tiap lembaran baru dalam kehidupan dengan semangat pantang menyerah dan always think positive…

Kamis, 29 Desember 2011

Tahun Baru 2012

Tahun Baru 2012 - Ucapan Selamat Tahun Baru - Kumpulan Ucapan Selamat Tahun Baru - Pandangan Islam Tentang Merayakan Tahun Baru - Tahun Baru
SELAMAT TAHUN BARU 2012
Lambat sang waktu berganti, itu mungkin hanya sekedar kata-kata dalam bagian lyrik lagu saja, karena kenyataannya gak kerasa sekarang kita berada di penghujung tahun 2011. Bergantinya tahun demi tahun sampai nyaris gak berasa, saking "betahnya" kali yah kita di alam yang pana ini. Maha suci Allah, Maha Besar Allah merubah apapun tanpa ada kesulitan sedikitpun.

Tahun baru adalah dimana kita beralih pada tahun berikutnya. Cuma, tak hanya sampai disitu pemahamannya, karena masih banyak artian atau mungkin paham lain yang di antaranya Tahun baru adalah proses dimana adanya intropeksi diri yang mendalam bahkan berhubungan dengan Sang Kholik, dimana kita belajar dari masa lalu atau masa-masa yang telah kita lalui di tahun sebelumnya. Proses ini berlanjut pada evaluasi diri, dimana kita bisa menganalisis hal-hal yang telah kita alami di tahun sebelumnya untuk siap melangkah ke lembaran baru yang sudah menanti. Semoga dengan bertemunya atau di pertemukannya kita dengan tahun yang baru ini senantiasa dalam lindungan-Nya.



Pandangan Islam Tentang Merayakan Tahun Baru
Sebenarnya ini saya dapat dari khotbah Jum’at hari ini. Topiknya tentang perayaan tahun baru, dan bagaimana pandangan Islam tentang perayaan-perayaan yang sering dilakukan orang dengan cara hura-hura. Intinya sih, dalam Islam nggak ada istilah merayakan tahun baru dengan cara-cara yang kita kenal sekarang; seperti pesta-pesta, hura-hura, dan sebagainya. Mungkin agak terdengar fanatik, nggak modern dan sebagainya. Tapi ada alasannya mengapa Islam tidak menganjurkan budaya barat ini.

Resolusi HARIAN
Tahun baru umat Islam jatuh pada tanggal 1 Muharram penanggalan Hijriah (1 Desember lalu), dan tidak ada, dalam Islam, ajaran maupun kebiasaan merayakannya seperti merayakan tahun baru Masehi. Kenyataannya, Allah SWT mengajarkan umat Islam untuk melakukan evaluasi diri berdasarkan pergantian siang dan malam. Ini artinya, manusia haruslah menjadikan hari esok lebih baik dari hari ini dan hari kemarin. Jadi, kalau kita biasa membuat resolusi setahun sekali, dalam Islam kita membuat resolusi SETIAP HARI.

Waktu
Seperti yang disebutkan dalam surat Al-Ashr, bahwa orang yang tidak menghargai dan memanfaatkan waktu untuk kebaikan adalah orang-orang yang celaka dan merugi. Tapi ini jangan diartikan secara material, seperti kata-kata bijak “time is money”-nya orang barat. Kerugian disini jangan diukur dengan harta benda, melainkan dengan kemanfaatan diri kita bagi diri sendiri dan orang lain.

Sebagai perbandingan, Rasulullah, manusia yang memberikan begitu banyak manfaat bagi umat hanya diberikan waktu 63 tahun untuk hidup di bumi. Sementara banyak diantara kita yang diberikan ‘bonus’ hingga mencapai 100 tahun lebih, tapi belum tentu bermanfaat bagi orang lain.

Ada satu poin menarik tentang mengapa Allah SWT menyebutkan “Demi waktu ashar” pada awal surat tersebut. Alasannya, (ini dari Emak saya yang doi simak dari pengajian) karena waktu ashar adalah salah satu waktu shalat yang paling banyak ditunda-tunda orang dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya kita berpikir waktu ashar cukup panjang sehingga kita cenderung malas-malasan atau memilih meneruskan kesibukan saja dulu. Tapi, ujung-ujungnya malah nggak jadi shalat, karena keburu habis waktu. (Hahaha ini sih aku banget.)

Alasan kedua, (yang ini dari khotbah Jum’at-an yang aku denger tadi) ashar menyimbolkan masa usia manusia yang sudah menginjak paruh baya. Bahwa supaya kita jangan menunda-nunda bertobat dan berbuat baik karena merasa umur belum terlalu uzur. Jangan sampai kita (pada akhirnya) tobat dengan motivasi yang salah; misalnya karena sudah terlalu tua untuk berjudi, terlalu tua untuk jadi maling. Naudzubillah. Jangan sampe deh kita begitu. Jangan sampe amal ibadah kita yang mungkin udah total banget pengerjaannya, tapi malah jadi nggak berkah.

Kesimpulannya:
Dalam Islam kita diajarkan untuk mengevaluasi diri setiap hari, bukan hanya di akhir tahun.Hari esok harus lebih baik dari hari ini dan hari kemarin.Jangan sia-siakan waktu sebelum terlambat.Tidak ada gunanya kita merayakan pergantian waktu jika itu berarti kita merayakan hal-hal kurang baik yang kita lakukan di masa lalu.

*Dalam Islam, Waktu Adalah Ruh.
Karena itu kita harus menghargainya dan mengisinya dengan kebaikan. Bukan merayakannya.

teruntuk ukhti yang sedang menanti

Saudariku…..yang tengah menanti datangnya tambatan hati,
Ijinkanlah saya berbagi dalam goresan tulisan ini…
jika menurut teman-teman, baik…maka ambillah…
dan jika menurut teman-teman, buruk…maka tinggalkanlah….
saudariku…muslimah…
wanita muslimah…laksana bunga….yang menawan…
wanita muslimah yang sholehah….bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai harganya….
Begitu indah…
begitu berkilau…
begitu menentramkan..
begitu menyejukkan…
teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut…
Namun tentunya….tak sembarang orang berhak meraihnya….menghirup sarinya….
hanya yang dia yang benar-benar terpilihlah…yang dapat memetiknya…
yang dapat meraih pesonanya…
dengan harga mahal yang teramat suci…
sebuah ikatan amat indah…bernama pernikahan…
karena itu…sebelum saatmu tiba….sebelum orang terpilih itu datang dan menggandengmu dalam istananya…
janganlah engkau biarkan dirimu layu sebelum masanya…
jangan kau biarkan serigala liar menjadikanmu bahan permainan dalam keisengannya…
jangan kau biarkan kumbang berebutan menghisap madumu…
jangan kau biarkan mereka mengintipmu diam-diam…dan menikmati pesonamu dalam kesendiriannya….
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta…
Ya…atas nama cinta…
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta
Kau tau saudariku…??
Jika seseorang jatuh cinta….maka cinta akan membungkus seluruh aliran darahnya…membekuknya dalam jari-jarinya…dan menutup semua mata…hati dan pikirannya….
Membuat seseorang lupa akan prinsipnya….
Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat…
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan…
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat…
Membuat seseorang menyerahkan apapun…supaya orang yang ia cintai…”bahagia” atau ridho terhadap apa yang ia lakukan…
Membuat orang tersebut lupa…bahwa….cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan….
Ya saudariku….ukhty fillah…
Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya…
Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya
Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin…
Cinta begitu dasyat pengaruhnya…jika engkau tau….
Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya….
Berlarilah menjauhinya…menjauhi orang yang kau cintai….
Buat jarak yang demikian lebar padanya….
jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu…
Biarlah air mata mengalir untuk saat ini…
Karena kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan…
biarlah sakit ini untuk sementara waktu…
biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan…
Karena…cinta tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita…
Kalian sendiri…
Saudariku…. tentunya sudah mengerti dan paham…
bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta…
jika dia jauh..kita merasa sakit karena rindu…
jika ia dekat…kita merasa sakit…karena takut kehilangan….
padahal…ia belum halal untukmu…dan mungkin tidak akan pernah menjadi yang halal…
karena itu…jauhilah ia…
jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih cinta di hatimu….dan kemudian mengusik hatimu…
jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam kisah yang bernama cinta…
maka…bayangkanlah keadaan ini…tentang suamimu kelak…
sahabatku…
sukakah engkau..??
apabila saat ini ternyata suamimu (kelak) sedang memikirkan wanita yang itu bukan engkau..???
sukakah engkau..??
bila ternyata suamimu (kelak) saat ini tengah mengobrol akrab…tertawa riang…becanda…
saling menatap…
saling menggoda…
saling mencubit…
saling memandang dengan sangat…
saling menyentuh…???
dan bahkan lebih dari itu…??
sukakah engkau saudariku…??
sukakah engkau bila ternyata saat ini suamimu (kelak) sedang jalan bersama gadis lain yang itu bukan engkau…??
sukakah engkau…??
bila saat ini suamimu (kelak) tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya…??
tengah disibukkan oleh rencana-rencana…apa saja yang akan ia lakukan bersama gadis itu…??
tidak cemburukah engkau temanku..??
bila saat ini suamimu (kelak) sedang makan bareng bersama gadis lain…atau bahkan segerombolan gadis lain..?
suamimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh gadis-gadis..
suamimu (kelak) sedang ditelepon dengan mesra…
suamimu (kelak) saat ini sedang dicurhatin gadis-gadis… yang berkata…”aku tak bisa jika sehari tak mengobrol dengamu…”
tidak cemburukah…?? tidak cemburukah…?? tidak cemburukaaaaahhhhhhhh……???
tidak terasa bagaimanakah..
jika suamimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan…
bercengkrama..
bercerita tentang masa depannya…
dengan gadis lain yang bukan engkau…???
sukakah engkau kiranya suamimu (kelak) saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan gadis tersebut…??
menangis untuk gadis tersebut…??
dan berkata dengan hati hancur…”aku sangat mencintamu…aku sangat mencintaimu…???”
tidak patah hatikah engkau…???
sukakakah engkau bila suamimu (kelak ) berkata pada gadis lain..”tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau…??”
menyebut gadis tersebut dalam doanya…
memohon pada Allah supaya gadis tersebut menjadi istrinya…
dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi istrinya…dan bukan gadis tersebut…???
jika engkau tidak suka akan hal itu…
jika engkau merasa cemburu….
maka demikian halnya dengan suamimu (kelak)…
dan…Allah jauh lebih cemburu daripada suamimu….
Allah lebih cemburu…saudariku…
melihat engkau sendirian…namun pikirannmu enggan berpindah dari laki-laki yang telah mengusik hatimu tersebut….
saudariku….kalian percaya takdir bukan..?
saudariku….kalian percaya takdir bukan..?
apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama…
maka…
sejauh apapun mereka…
sebanyak apapun rintangan yang menghalangi…
sebesar apapun beda diantara mereka…
sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya…
meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya…
meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya…
meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa…
PASTI tetap saja mereka akan bersatu….
seakan ada magnet yang menarik mereka…
akan ada hal yang datang…untuk menyatukan mereka berdua….
akan ada suatu kejadian…yang membuat mereka saling mendekat…dan akhirnya bersatu…
namun…
apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh…
maka…
sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat…
sekeras apapun upaya orang disekitar mereka untuk menyatukannya…
sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua…
sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya…
sedekat apapun…
PASTI…akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh…
ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok…
ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik….
ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu…
bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan…
namun…yang perlu dicatat disini adalah…
yakinlah…bahwa yang diberikan oleh Allah…
yakinlah…bahwa yang digariskan oleh Allah…
yakinlah…bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya..
adalah…yang terbaik untuk kita….
adalah….yang paling sesuai untuk kita…
adalah…yang paling membuat kita merasa bahagia,,,,
karena Dialah…yang paling mengerti kita…lebih dari kita sendiri…
Dialah…yang paling menyayangi kita…
Dialah…yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita…
sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya…dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita…
dan….yang perlu kita catat juga adalah…
JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA INGINKAN…ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA….NAMUN JUSTRU SEBALIKNYA, BAHWA…KITA PANTAS…KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI HAL TERSEBUT…
KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK…SAUDARIKU….
LEBIH BAIK…. YA, LEBIH BAIK…, YAKINLAH….,
meskipun saat ini…mata manusia kita tidak memahaminya…
meskipun saat itu…perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata…
meskipun saat itu…otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk….
Tidak…jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk….bahwa engkau tidak pantas….
karena kelak…engkau akan menyadarinya…
engkau akan menyadarinya perlahan…bahwa apa yang telah hilang darimu….bahwa apa yang tidak engkau dapatkan….bukanlah yang terbaik untukmu…bukanlah yang pantas untukmu…bukanlah sesuatu yang baik ,,,,untukmu….
karena itu…saudariku…
jangan mubazirkan tenagamu…., waktumu…., perasaanmu…, air matamu…
jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses taarufan…
jangan kau umbar semua kekuranganmu…jangan kau ceritakan semuanya…
jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya…jika engkau mencintainya…
karena belum tentu dia adalah jodohmu…
pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa cocok…
karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian…
maka…memohonlah pada-Nya…
mintalah padanya diberikan petunjuk…dan dijauhkan dari segala godaan yang ada…
karena…cinta sebelum pernikahan…pada hakekatnya adalah sebuah cobaan yang berat…
apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
kemudian saudariku….
apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
Apakah kalian merasa khawatir…???
Apakah kalian sering merasa iri melihat gadis-gadis lain yang memiliki banyak lelaki yang mencintai…banyak yang melamar…banyak yang menginginkannya…??
Pernahkan terlintas rasa iri tersebut pada kalian…???
Atau sekedar ungkapan…”hmm…enak ya..kamu…punya banyak temen laki-laki….”
“hmm..kamu sih enak…banyak yang mau…tinggal milih…?”
Saudariku…ketahuilah….
Kelak…kita hanya akan memiliki satu orang suami…
Hanya satu saudariku…atau kadang lebih…jika cerai dan menikah lagi…namun saat yang bersamaan…kita hanya akan punya satu suami bukan,,,,???
Jadi seberapa banyak pun laki-laki yang menyukai kita..
Seberapa banyak teman laki-laki kita…
Seberapa banyak kenalan kita….
Pada akhirnya kita hanya akan menikah dengan satu orang laki-laki…
Pada akhirnya kita hanya akan jadi milik satu orang laki-laki…
Dan…percayalah…semua itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan…banyak sedikitnya teman laki-laki
sama sekali tidak…
karena jika wanita yang terjaga maka Allahlah yang akan mengirimkan pendamping untuknya…
karena wanita yang terjaga adalah wanita yang banyak didamba oleh seorang ikhwan sejati…
jadi…jagalah dirimu…hatimu…kehormatanmu…sebelum saatnya tiba…
perbanyak bekalmu…dan doamu…
yakinlah…bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu…
amien…
*Ya Allah…karuniakanlah kami seorang suami yang sholeh…
yang menjaga dirinya…
yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya…
yang senantiasa memperbaiki dirinya…
yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah…
yang baik akhlaknya…
yang menerima kami apa adanya…
yang membimbing kami dengan lemah lembut…
yang akan membawa kami menuju Jannah-Mu Ya Rabb…
kabulkan ya Allah…
amien…
dan segerakanlah…karena hati kami teramat lemah…dan cinta sebelum menikah adalah sebuah cobaan yang berat…sangat berat ya Allah….,

Selasa, 27 Desember 2011

Asma binti Yasid al Anshari r.a

Asma binti Yasid al Anshari r.a. adalah seorang sahabiyah Nabi saw.. Pada suatu hari dia datang menghadap Rasulullah saw.. dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya datang ke sini sebagai utusan kaum wanita. Engkau adalah seorang utusan Allah kepada kaum lelaki juga kaum wanita. oleh karena itu kami beriman kepada Allah juga engkau. Kami kaum wanita senantiasa tinggal di rumah saja, tertutup oleh hijab dan kami juga selalu sibuk memenuhi segala keperluan dan keinginan suami, kami juga selalu menggendong dan mengasuh anak-anak mereka. sedangkan kaum lelaki selalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan pahala bagi mereka. mereka dapat melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah di masjid, dan juga shalat jum'at. begitu juga mereka dapat menengok orang sakit, ikut dalam upacara jenazah dan mengantarkannya, serta dapat melaksanakan ibadah haji, yang paling utama dari semua ini adalah mereka dapat berjihad fi sabilillah. jika mereka pergi untuk melaksanakan ibadah, maka kamilah yang menjaga harta mereka dirumah rumah kami, dan kamilah yang menjahit pakaian mereka, kemudian memelihara anak anak mereka, maka apakah kami tidak mendapatkan pahala yang sama dengan mereka?"

Rasulullah saw.. mendengarkan pengaduan ini dengan penuh perhatian, setelah itu beliau berpaling kepada para sahabat, kemudian bersabda, "Wahai sahabat sahabatku, pernahkah kalian mendengar suatu pertanyaan yang lebih baik dari pertanyaan wanita ini ?" Para sahabat r.a. menjawab, "Wahai rasulullah, kami tidak akan menyangka seorang wanita dapat bertanya semacam itu," Kemudian Rasulullah saw. berpaling kepada Asma r.a. dan bersabda, "Dengarkanlah kata kataku dengan baik, lalu sampaikan kepada wanita wanita muslimah yang mengutusmu ke sini, bahwa jika para wanita selalu berbuat baik kepada suaminya, dan selalu menaatinya, melayaninya dengan baik, dan senantiasa berusaha membuat suaminya gembira, maka semua itu merupakan suatu hal yang sangat berharga. maka jika kalian dapat melakukan semua ini, maka kalian akan mendapatkan pahala yang sama dengan kaum lelaki."

mendengar penjelasan ini, Asma r.a. begitu gembira dan kemudian dia segera kembali menjumpai para wanita yang menyuruhnya mengahadap Rasulullah saw..

HIKMAH DARI KISAH DI ATAS :
seandainya para wanita dapat melayani suaminya secara baik, dan senatiasa menaati dan menyenangkan suaminya, maka ini adalah suatu kebaikan yang sangat besar. tetapi pada zaman sekarang, jarang ada wanita melakukan hal seperti itu.
Rasulullah saw.. "Demi Allah yang nyawaku ada dalam genggamanya, seorang isteri tidak dapat memenuhi hak hak Allah sebelum dia dapat menunaikan hak-hak suaminya." dalam hadist lain beliau bersabda, "Jika seorang wanita meniggal dunia, dan suaminya ridha kepadanya, niscaya dia akan masuk surga."

Jumat, 23 Desember 2011

APA YANG TELAH DI BERI VS APA YANG DI PINTA


Tidak kira sama ada doa itu dalam keadaan terdesak atau semata-mata menunaikan kewajipan, setiap doa pasti Allah beri perhatian. Allah berfirman yang bermaksud: “Berdoalah kepada-Ku nescaya aku (Allah) akan perkenankan.” (Surah Ghafir : 60 )

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Sesungguhnya Tuhanmu yang Maha Suci lagi Maha Tinggi itu pemalu lagi mulia. Dia malu terhadap hamba-hamba-Nya yang mengangkat tangan berdoa, tiba-tiba tidak diberi oleh-Nya akan permintaan itu.” (Riwayat al-Tirmizi no. 3556 dan Abu Daud no. 1448)

Lihat betapa hebatnya sifat Pemurah dan Pengasih Allah, Dia bukan sahaja memerintahkan kita berdoa, malah Dia mengajar apa yang patut kita doakan dan bagaimanakah caranya kita harus berdoa. Tidak cukup sekadar itu, Allah berjanji untuk mempertimbangkan doa-doa itu. Sebuah syair mengungkapkan hakikat ini dengan begitu indah sekali:
“Allah s.w.t. murka jika engkau tidak memohon kepada-Nya.
Sebaliknya manusia murka apabila kau sering minta kepadanya.”

Berdoa itu satu langkah yang produktif. Bahkan menurut pandangan ulama tasawuf, apabila Allah telah ringankan lidah seseorang hamba-Nya untuk berdoa, itu petanda Allah telah memberi lampu hijau untuk memperkenankan doa itu. Kata Imam Ibn Ataillah: “Tatkala Allah membukakan mulut anda dengan bermohon kepada-Nya maka ketahuilah, sesungguhnya Allah berkehendakkan doa anda diperkenankan.”

Yakinlah bahawa apabila Allah mengilhamkan kepada hati kita untuk berdoa, maka sudah tentu Allah akan memperkenankan doa kita itu. Tetapi jika Allah tidak berkehendak memperkenankan sesuatu doa, maka sudah tentu Dia tidak mengilhamkan kepada hati kita ke arah itu.

Bukan mudah bagi seorang hamba Allah mengerakkan hati dan lidahnya untuk berdoa jika tidak kerana taufik dan hidayah Allah. Apabila hati dilembutkan untuk berdoa, bererti seseorang itu telah berasa kefakirannya di hadapan Allah. Apabila kita sudah benar-benar berhajat kepada-Nya, maka Allah pasti tidak akan mengecewakan hajat kita itu.

Sebenarnya doa itu sendiri merupakan satu kurnia daripada Allah. Malah doa itu adalah modal asas yang memungkinkan seseorang itu menerima kurnia-kurnia Allah selanjutnya. Malangnya, orang yang mengetahui hakikat ini tidak ramai dalam kalangan kita. Firman Allah yang bermaksud:
“Apakah ada siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa, dan menghilangkan keburukan dan menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada di samping Allah tuhan yang lain? Terlalu amat sedikit apa yang dapat kamu mengingati.” (Surah al-Naml 27: 62)

Hamba Allah yang benar-benar mengenal Allah (arif billah) dapat rasakan apabila seseorang itu diizinkan Allah untuk mengucapkan doa (ada sesetengah orang dikelukan lidah lalu tidak boleh berdoa) adalah lebih berharga daripada termakbulnya doa itu. Hal ini kerana seorang yang berdoa itu hakikatnya sedang berdialog dengan Allah. Bagi mereka, ini adalah satu anugerah Allah yang lebih bernilai berbanding apa yang diperoleh daripada doanya. Bukankah Pemberi hadiah itu lebih patut kita hormati dan kasihi daripada hadiah yang diberikan-Nya?

Mungkin ada yang bertanya apakah benar Allah akan memperkenankan setiap doa hamba-hamba-Nya? Jawabnya, ya jika apa yang kita ajukan itu doa yang benar dan elok. Dalam hadis Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda yang bermaksud: “Sesiapa antara kamu yang dibukakan pintu hatinya supaya berdoa, nescaya Allah bukakan padanya pintu-pintu rahmat. Dan tidak ada doa yang dipohon itu yang lebih disukai Allah selain daripada memohon kemaafan (keselamatan di dunia dan akhirat).” (Riwayat al-Tarmizi no 3548)

Jelas di sini, doa yang dimaksudkan itu mempunyai ciri-cirinya. Antara ciri-ciri doa yang baik ialah isinya mestilah ke arah memohon kemaafan dosa dan kesalahan terhadap Allah. Rentetan daripada itu mereka pasti berdoa akan keselamatan diri dan orang lain, bukan permusuhan dan kekacauan). Dan yang paling penting, berdoa dalam keadaan merendah diri dan penuh harapan.

Oleh sebab itu, janganlah berdoa dalam keadaan terlalu mendesak dan memaksa Allah. Itu bukan sifat seorang hamba yang baik. Untuk mengatasi sikap ini tanamkanlah ke dalam jiwa satu keyakinan bahawa nikmat yang telah Allah berikan adalah lebih banyak dan lebih bernilai daripada apa yang sedang kita minta dalam doa kita itu.

Cara Allah Makbulkan Doa

Bagaimanakah cara Allah memakbulkan doa hamba-hamba-Nya? Ini memerlukan penjelasan yang tersirat dan maknawi. Sesungguhnya akal kita yang terbatas tidak akan dapat menjangkau ilmu Allah yang Maha Luas. Fahaman kita tentang makbulnya sesuatu doa mungkin hanya mampu menyingkap selapis daripada kenyataan itu, tetapi di sisi Allah punyai makna dan tafsiran yang berlapis-lapis.

Untuk menyingkap rahsia itulah Rasulullah s.a.w. telah bersabda yang bermaksud: “Tidaklah seorang yang berdoa kepada Allah dengan doa kecuali Allah akan memberikan kepadanya, sama ada dengan dikabulkan segera di dunia lagi. Atau disimpankan untuknya kebaikan di akhirat atau ditutupkan (kifarat) dosanya setakat doanya selama dia tidak doakan unsur-unsur dosa, memutuskan silaturahim atau mohon disegerakan. Maka sahabat berkata: “Ya Rasulullah bagaimana doa minta segera itu? Baginda berkata; seseorang itu berdoa, aku berdoa tuhanku, maka perkenanlah segera.” (kata Abu Isa hadis ini gharib, sunan Al-Tarmizi, 3968)

Melalui hadis ini para ulama telah merumuskan bahawa doa itu dikabulkan menerusi pelbagai kaedah dan keadaan. Antaranya termasuk:

1. Doa Itu Dikabulkan Serta-Merta

Kebanyakan doa yang diajukan oleh para rasul dan nabi dikabulkan serta-merta. Doa Rasulullah s.a.w. menjelang perang Badar misalnya, dikabulkan oleh Allah serta-merta. Begitu juga doa Ibn Abbas r.a. ketika meminta hujan semasa umat Islam dilanda kemarau yang dahsyat. Belum pun sempat Ibn Abbas meletakkan tangannya ke bawah, hujan telah turun mencurah-curah.

Begitulah juga dengan cerita bagaimana tiga orang pemuda yang berdoa dengan wasilah amal masing-masing apabila terperangkap dalam sebuah gua seperti yang diberitakan dalam sebuah hadis yang panjang lagi masyhur. Pintu gua itu tergerak (membuka ruang) serta-merta setiap kali salah orang mereka selesai berdoa. Inilah bukti jaminan Allah melalui firman-nya yang bermaksud: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai Aku, maka beritahulah mereka sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir kepada mereka. Aku memperkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.” (Surah al-Baqarah 2: 186)

2. Dikabulkan pada Waktu Lain

Acap kali juga sesuatu doa walaupun baik, dan datang daripada orang yang baik, pada waktu yang baik, tetapi Allah tangguhkan ke waktu lain. Hal ini kerana Allah sayangkan hamba-Nya itu. Allah sengaja berbuat demikian bagi mengujinya sehingga seorang hamba itu bersedia untuk menerima nikmat-nikmat-Nya. Misalnya, Allah kurniakan kekayaan apabila hati seorang hamba telah ada rasa syukur kerana memberikannya sebelum itu akan menjadikan seseorang itu kufur. Allah kurniakan kekuasaan setelah ada dalam hati seseorang ada rasa tawaduk dan sifat adil, supaya dia boleh menjadi pemerintah yang baik apabila sudah berkuasa.

Jika tidak bersedia, dibimbangkan nikmat itu boleh bertukar menjadi bala. Itulah yang disebut “istidraj” – yakni pemberian Allah yang merupakan satu kutukan dan memudaratkan untuk iman dan Islam seseorang yang derhaka kepada-Nya. Oleh sebab itu, sering kali juga Allah menahan pemberian-Nya kerana kasih sayang-Nya terhadap seseorang. Inilah yang dinukilkan oleh Prof Dr. K.H. Muhibbuddin Waly dalam bukunya Hakikat Hikmah Tauhid dan Tasawuf: “Sebab kadang-kadang Allah memperlambat dalam memperkenankan doa mereka kerana Allah sangat sayang dan cinta mendengar suara doa yang selalu diucapkan oleh hamba-Nya itu kepada-Nya.”

3. Menghindarkan Bahaya

Doa kita kadang-kadang dikabulkan Allah dengan dihindarkan daripada bahaya yang mungkin datang. Kita tidak tahu apa bahaya yang ada di hadapan, lalu Allah datangkan halangan. Boleh jadi kita akan ditimpa penyakit yang kronik, mengalami kemalangan jalan raya, difitnah atau sebagainya. Namun dengan doa yang kita panjatkan kepada Allah, Allah selamatkan kita sebagai ganti apa yang didoakan.

Hakikat ini sangat sulit untuk difahami kerana ditunaikan tanpa sedar. Mengapa? Yalah, kita minta yang lain, tetapi Allah berikan sesuatu yang lain. Namun yang lain itu lebih besar dan bernilai ertinya berbanding apa yang kita minta. Misalnya, kita minta kejayaan dalam perniagaan, sebaliknya Allah hindarkan kita daripada penyakit-penyakit kronik. Bukankah itu sesuatu yang lebih baik?

Ingatlah apa yang Allah tegaskan menerusi firman-Nya yang bermaksud: “Difardukan kamu peperangan padahal kamu membencinya, boleh jadi ada yang kamu benci baik untuk kamu, dan boleh jadi apa yang kamu sukai tetapi itu mungkin membawa mudarat bagi kamu. Allah lebih mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Surah al Baqarah 2: 216)

4. Allah Berikan Sesuatu yang Lebih Baik di Akhirat

Hidup di dunia cuma sementara. Akhirat itu yang lebih baik dan lebih kekal. Firman Allah, mafhumnya: “Dan akhirat lebih baik dan kekal.” (Surah al-A‘la 87: 17) Beruntunglah jika kita mendapat sesuatu kurnia di akhirat berbanding kurnia di dunia ini.

Sebagai perbandingan, sehelai rumput di syurga adalah lebih baik daripada sebutir mutiara di dunia. Kenapa? Kerana rumput di syurga itu lebih kekal berbanding sebutir mutiara di dunia. Itu baru sehelai rumput, bayangkan sebutir mutiara di syurga. Ia sesungguhnya, bukan sahaja lebih kekal malah lebih bernilai daripada sebutir mutiara di dunia.

Orang yang berdoa dan doanya tidak dikabulkan di dunia, akan dikabulkan doa itu di akhirat kelak, insya-Allah. Doa yang dikabulkan di akhirat itu sesungguhnya lebih baik dan kekal daripada dikabulkan di dunia lagi. Kadang-kadang Allah menahan kekayaan yang kita pinta di dunia kerana Allah hendak memberikan kita kekayaan di akhirat. Kekayaan di akhirat bererti syurga.

Menyedari hakikat ini, seharusnya kita tidak akan jemu berdoa dan tidak akan berputus asa hanya kerana doa kita belum ataupun tidak dikabulkan di dunia. Kita tahu doa itu akan menjadi “saham akhirat”. Oleh sebab itu, keyakinan kepada hari akhirat sangat penting ketika kita berdoa di dunia ini. Bagi orang yang yakin akan kehidupan di akhirat, mereka akan terus-terusan berdoa sekalipun doa mereka seolah-olah tidak dikabulkan di dunia ini.

Banyak doa-doa yang diajarkan oleh Allah kepada kita, manfaatnya untuk hari akhirat. Doa minta dimatikan dengan iman, masuk ke dalam syurga dengan iman, terhindar daripada api neraka, minta dibangkitkan dalam keadaan bersama-sama orang yang membuat kebaikan dan jangan ditempatkan bersama-sama orang yang zalim. Misalnya, Allah menganjurkan kita berdoa dengan doa ini: “Ya tuhan kami, berilah keampunan bagiku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang Mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (Surah Ibrahim 14: 41)

5. Dijadikan Kifarat kepada Dosa-Dosa

Manusia sentiasa berdosa kepada Allah sama ada yang disengajakan atau tidak disengajakan. Dosa adalah pendinding untuk kita mendapat bantuan, keampunan dan kasih sayang Allah. Kita mengharapkan dosa itu diampunkan dengan taubat. Dan untuk itu kita diwajibkan untuk bertaubat atas dosa-dosa yang kita sedari.

Namun, apakah jaminan taubat kita telah diterima sekalipun telah menempuh syarat-syaratnya? Dan bagaimana pula dosa yang kita lakukan tanpa kita sedari? Itu lebih sukar diatasi. Mana mungkin kita bertaubat atas dosa-dosa yang kita rasa kita tidak melakukannya? Maka di sinilah peranan doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah s.w.t. Doa-doa itu menjadi sebab untuk dosa-dosa kita itu diampunkan walaupun bukan itu yang kita pohon daripada Allah s.w.t.

Orang yang berdoa kepada Allah, sentiasa disayangi-Nya. Tanda sayang Allah kepadanya ialah mengampunkan dosa-dosa orang itu walaupun dia tidak meminta ampun. Inilah kehebatan dan kebesaran sifat al-Afu (Yang Maha Pemaaf) dan al-Ghaffar (Yang Maha Mengampuni) Allah s.w.t. Salah satunya ialah Dia mengampunkan dosa-dosa hamba-Nya walaupun hamba yang berdoa itu tidak meminta ampun.

ADAB BERDOA

Walau bagaimanapun doa yang dipanjatkan masih tetap ada adab dan syarat-syaratnya. Selain adab-adab lahiriah, seperti menghadap kiblat, berwuduk (lihat adab-adab berdoa seperti yang dinyatakan), ada lagi adab batin (soal hati) yang lebih utama dilaksanakan. Antaranya termasuk:

i) Berdoa dengan penuh keyakinan

Hendaklah berdoa dengan penuh keyakinan bahawa doa itu akan dikabulkan. Jangan ada rasa ragu, syak dan waham (waswas) waktu berdoa kerana Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang dalam hatinya berbolak-balik antara percaya dan tidak akan doanya diperkenankan. Jadi, sangka baik (husn zan) terhadap Allah itu penting apabila kita berdoa.

Bagaimana membina keyakinan dalam doa? Tentulah ini bersumberkan keyakinan kita kepada Allah s.w.t. Oleh sebab itu, kita terlebih dahulu mestilah mengenali sifat-sifat dan asma’ (nama-nama) Allah s.w.t.

Antara sifat Allah ialah al-Rahman, al-Rahim, al-Wahhab, al-Ghani, al-Razzaq, al-Afu, al-Ghaffar, al-Salam dan lain-lain lagi, pasti akan timbul keyakinan semasa berdoa. Apabila sudah kenal sifatnya, barulah kita boleh memohon kepada Allah dengan penuh yakin. Sebagai contoh yang paling mudah, apabila kita yakin seseorang itu pemurah, tentu kita yakin bahawa dia akan melayan permintaan kita. Apabila kita yakin seseorang itu kaya-raya, maka kita yakin dia mampu memberikan apa yang kita minta.

Oleh sebab itu, kita dianjurkan berdoa dengan menggunakan Asma’ al-Husna (nama-nama Allah yang baik) mengikut keperluan doa itu. Firman Allah yang bermaksud:
“Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah dan berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu.” (Surah al-A‘raf 7: 180)

Satu cara lain untuk menambah keyakinan kita dalam berdoa adalah iringilah doa itu dengan usaha dan persediaan yang baik. Keyakinan juga dibina oleh persiapan. Apabila kita berdoa minta kesihatan, usaha dan persediaan kita juga selaras ke arah itu, maka keyakinan diri kita akan meningkat. Ya, doa yang digandingkan dengan usaha akan meningkatkan lagi tahap harapan dan harapan yang tinggi itulah yang akan membuahkan keyakinan.

ii) Jangan Berdoa Sesuatu yang Membawa Permusuhan dan Dosa

Doa yang buruk hakikatnya bukan doa. Doa yang berpaksikan permusuhan tidak akan dimakbulkan Allah. Oleh sebab itu berhati-hatilah agar tidak berdoa dengan hati yang kotor. Jangan kita ajukan kepada Allah sesuatu yang berbentuk dosa dan kefasiqan. Doa hanyalah untuk yang baik-baik dan dengan tujuan yang baik-baik pula.

Begitu juga berdoa untuk menang dalam pertaruhan (judi), berjaya dalam pertandingan yang dalamnya ada perbuatan mendedahkan aurat dan pergaulan bebas, kaya dengan perniagaan yang berunsur riba, berkuasa melalui kaedah yang kotor dan fitnah serta lain-lain bentuk kemungkaran yang seumpamanya adalah dilarang dan tidak akan dikabulkan. Kita juga tidak dibolehkan mendoakan sesuatu yang boleh memutuskan ikatan silaturahim sesama Islam.

iii) Jangan Berdoa Tanpa Bertahmid dan Berselawat

Ulama ada menjelaskan bahawa sesuatu doa itu tidak akan dikabulkan tanpa bertahmid (memuji) kepada Allah dan berselawat kepada Nabi Muhammad s.a.w. Kedua-dua faktor ini sangat penting untuk melahirkan rasa bersyukur dan berterima kasih kepada Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. Tanpa rasa syukur, sukar doa kita itu didengari dan seterusnya diperkenankan oleh Allah s.w.t.

Bayangkan jika seseorang meminta tambahan atas nikmat yang sedia ada, dia mestilah menunjukkan rasa berterima kasih atas nikmat yang telah diberikan itu terlebih dahulu. Rasa syukur itulah yang akan menggamit turunnya nikmat yang baru. Firman Allah yang bermaksud: “Jika kamu bersyukur nescaya kami akan tambahkan nikmat-nikmat Kami. Dan sebaliknya jika kamu kufur, azab Allah amat pedih.” (Surah Ibrahim 14: 7)

Dengan bertahmid, kita menyatakan syukur kepada Allah. Dengan berselawat kita mengucapkan terima kasih kepada insan yang paling banyak berjasa kepada kita yakni Nabi Muhammad s.a.w. Hanya setelah bersyukur, Allah yang bersifat al-Wahhab (Maha Pemberi) akan menambahkan lagi nikmat-nikmat-Nya. Benarlah seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah s.a.w. melalui sabdanya yang bermaksud: “Sesiapa yang tidak bersyukur dengan yang sedikit, tidak akan bersyukur dengan yang banyak.”

Itulah tiga sebab mengapa doa terhijab. Dalam konteks yang sama, apa yang dinyatakan oleh Ibrahim bin Adham (seorang ahli tasawuf) tentang punca-punca doa terhijab sangat perlu dijadikan renungan. Namun, walau apapun keadaan kita, sama ada dalam keadaan taat atau derhaka, dalam keadaan senang ataupun susah, doa mesti terus dipanjatkan. Makbul atau tidak itu soal kedua. Yang paling utama adalah jangan sekali-kali berputus asa untuk terus berdoa kepada Allah s.w.t.

Dan jangan sekali lupa, apa yang telah Allah berikan kepada kita sebenarnya lebih banyak daripada apa yang sedang kita minta (doa)

Selasa, 20 Desember 2011

Istikharah Cinta..






"Ya Allah, aku memohon petunjuk daripadaMu dengan ilmuMu dan aku memohon ketentuan daripadaMu dengan kekuasaanMu dan aku memohon daripadaMu akan limpah kurniaanMu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa dan Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkaulah Yang Maha Mengetahu segala perkara yang ghaib. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui bahawasanya urusan ini  adalah baik bagiku pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku sama ada cepat atau lambat, takdirkanlah ia bagiku dan permudahkanlah serta berkatlah bagiku padanya da seandainya Engkau mengetahui bahawa urusan ini mendatangkan keburukan bagiku pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku sama ada cepat atau lambat, maka jauhkanlah aku daripadanya dan takdirkanlah kebaikan untukku dalam sebarang keadaan sekalipun kemudian redhailah aku dengannya".



Ketika pertama kali merasakan waktu yang kian lambat berputar.. Tahukah engkau bahwa di sini pun ada galau yang makin mendebarkan..

Menanti apa takdir yang kelak menghampiri antara kau dan aku..

Tenggelam kita bersama dalam munajat kepasrahan pada tempat yang berbeda..menanti sebuah pertanda dari sang Pemilik Cinta…

Menggeliat tanda tanya besar, akankah biduk istikharah ku dan biduk istikharah mu menuju muara yang sama…

Sabarlah menanti lalu menerima apa-apa yang telah terencana olehNya..adalah hal terbaik di patri saat ketentuanNya belum benar-benar tuntas..

Kian resah di malam-malam dalam tengadah mohon di pilihkan..

Karena jikalau memang Allah menghendaki pertemuan kita, Allah pilihkan dirimu adalah yang terbaik bagiku.. Maka kita akan mengawalinya dengan segala perbedaan, bukan kesamaan…
Tak ada kebersamaan kita sebelumnya.. Kita adalah dua orang asing yang Allah pertemukan dengan takdirNya..

Akankah semua akan terjawab dengan indah??..

Serahkan lah semua atas ketentuanNya.. Jika Allah berkehendak, maka kau temui aku dalam istikharahmu..lalu aku pun menjumpaimu dalam istikharahku…

Maka keputusan itu semoga di berkati olehNya, sang Pemilik jiwa…


*untukmu yang sedang ‘menunggu jawaban'…bersabarlah, bersegera namun tidak tergesa-gesa..*

Kamis, 15 Desember 2011

Apakah pacaran Itu haram???

Manusia diciptakan oleh Allah ta'ala dengan membawa fitrah (insting) untuk mencintai lawan jenisnya. sebagaimana firmanNya : "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali-Imran : 14).

Berkata Imam Qurthubi : "Allah ta'ala memulai dengan wanita karena kebanyakan manusia menginginkannya, juga karena mereka merupakan jerat-jerat syetan yang menjadi fitnah bagi kaum laki-laki, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : "Tiadalah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita." (HR. Bukhari : 5696, Muslim : 2740, Tirmidzi : 2780, Ibnu Majah : 3998).

Oleh karena itu, wanita adalah fitnah terbesar dibanding yang lainnya. (Tafsir Qurthubi 2/20). Rasulullah SAW pun, sebagai manusia tak luput dari rasa cinta terhadap wanita. Dari Annas bin Malik RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Disenangkan kepadaku dari urusan dunia wewangian dan wanita." (HR. Ahmad 3/285, Nasa'i 7/61, Baihaqi 7/78 dan Abu Ya'la 6/199 dengan sanad hasan. Lihat Al-Misykah : 5261).

Karena cinta merupakan fitrah manusia, maka Allah ta'ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan nikmat yang dijanjikan bagi orang-orang beriman di surga dengan bidadarinya.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang shalihah." (HR. Muslim 10/56, Nasa'i 6/69, Ibnu Majah 1/571, Ahmad 2/168, Baihaqi 7/80).

Allah berfirman : "Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik." (QS. Ar-Rahman : 70).

Namun, Islam sebagai agama paripurna para Rasul, tidak membiarkan fitnah itu mengembara tanpa batas, Islam telah mengatur dengan tegas bagaimana menyalurkan cinta, juga bagaimana batas pergaulan antara dua insan lawan jenis sebelum nikah, agar semuanya tetap berada dalam koridor etika dan norma yang sesuai dengan syari'at.

***

Etika Pergaulan Lawan Jenis Dalam Islam

1. Menundukan pandangan terhadap lawan jenis
Allah memerintahkan kaum laki-laki untuk menundukan pandangannya, sebagaimana firmanNya : Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. An-Nur : 30).
Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada wanita beriman, Allah berfirman : Dan katakanlah kepada wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. An-Nur : 31).

2. Menutup aurat
Allah berfirman : "Dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya." (QS. An-Nur : 31).
Juga firmanNya : Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu'min : "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab : 59).
Perintah menutup aurat juga berlaku bagi semua jenis, sebagaimana sebuah hadits : Dari Abu Sa'id Al-Khudri RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah seorang laki-laki memandang aurat laki-laki, begitu juga wanita jangan melihat aurat wanita." (HR. Muslim 1/641, Abu Dawud 4018, Tirmidzi 2793, Ibnu Majah 661).

3. Adanya pembatas antara laki-laki dengan wanita
Kalau ada sebuah keperluan terhadap lawan jenis, harus disampaikan dari balik tabir pembatas. Sebagaimana firmanNya : "Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik hijab." (QS. Al-Ahzab : 53).

4. Tidak berdua-duaan dengan lawan jenis
Dari Ibnu Abbas RA berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda; "Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (Khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahramnya." (HR. Bukhari 9/330, Muslim 1341).
Dari Jabir bin Samurah berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, karena syetan akan menjadi yang ketiganya." (HR. Ahmad 1/18, Tirmidzi 3/374 dengan sanad Shahih, lihat Takhrij Misykah 3188).

5. Tidak mendayukan ucapan
Seorang wanita dilarang mendayukan ucapan saat berbicara kepada selain suami. Firman Allah : "Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik." (QS. Al-Ahzab : 32).
Berkata Imam Ibnu Katsir : "Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah kepada para istri Rasulullah saw serta para wanita mu'minah lainnya, yaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam artian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagimana dia berbicara dengan suaminya." (Tafsir Ibnu Katsir 3/530).



6. Tidak menyentuh lawan jenis
Dari Ma'qil bin Yasar RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi itu masih lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (HR. Thabrani dalam Mu'jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam musnadnya 1283 dengan sanad hasan, lihat Ash-Shohihah 1/447/226).
Berkata Syaikh Al-Albani rahimahullah : "Dalam hadits ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (Ash-Shohihah 1/448).

Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat penting seperti membai'at dan lain-lain. Dari 'Aisyah berkata : "Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat." (HR. Bukhari 4891).
Inilah sebagian etika pergaulan laki-laki dengan wanita selain mahram, yang mana apabila seseorang melanggar semuanya atau sebagiannya saja akan menjadi dosa zina baginya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Dari Abu Hurairah RA dari  Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya." (HR. Bukhari 4/170, Muslim 8.52, Abu Dawud 2152).

Padahal Allah ta'ala telah melarang perbuatan zina dan segala sesuatu yang bisa mendekati perzinaan (Lihat Hirosatul Fadhilah oleh Syaikh Bakr Abu Zaid, Hal. 94-98) sebagaimana firmanNya : "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra' : 32).

***

Hukum Pacaran

Setelah memperhatikan ayat dan hadits di atas, maka tidak diragukan lagi bahwa pacaran itu haram, karena beberapa sebab berikut :

1. Orang yang sedang pacaran tidak mungkin menundukan pandangannya terhadap kekasihnya.

2. Orang yang sedang pacaran tidak akan bisa menjaga hijab.

3. Orang yang sedang pacaran biasanya sering berdua-duaan dengan kekasihnya, baik di dalam rumah atau di luar rumah.

4. Wanita akan bersikap manja dan mendayukan suaranya saat bersama kekasihnya.

5. Pacaran identik dengan saling menyentuh antara laki-laki dengan wanita, meskipun itu hanya jabat tangan.

6. Orang yang sedang pacaran, bisa dipastikan selalu membayangkan orang yang dicintainya.

Dalam kamus pacaran, hal-hal tersebut adalah lumrah dilakukan, padahal satu hal saja cukup untuk mengharamkan pacaran, lalu bagaimana kalau semuanya?

***

Fatwa Ulama' Seputar Pacaran

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin ditanya tentang hubungan cinta sebelum nikah (pacaran)? Jawab beliau : Jika hubungan itu sebelum akad nikah, baik sudah lamaran ataupun belum, maka hukumnya haram, karena tidak boleh seseorang untuk bersenang-senang dengan wanita asing (bukan mahramnya) baik lewat ucapan, memandang, ataupun berdua-duaan. Sebagaimana telah tsabit dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda : "Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya, dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya". (Fatwa Islamiyah kumpulan Muhammad Al-Musnid 3/80).

Syaikh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Jibrin ditanya : "Kalau ada seorang laki-laki yang berkorespondensi dengan seorang wanita yang bukan mahramnya, yang pada akhirnya mereka saling mencintai, apakah perbuatan itu haram?" Jawab beliau : Perbuatan itu tidak diperbolehkan, karena bisa menimbulkan syahwat di antara keduanya, serta mendorongnya untuk bertemu dan berhubungan, yang mana korespondensi semacam itu banyak menimbulkan fitnah dan menanamkan dalam hati seseorang untuk mencintai perzinaan yang akan bisa menjerumuskan seseorang pada perbuatan keji, maka saya menasehatkan kepada setiap orang yang menginginkan kebaikan bagi dirinya untuk menghindari surat-suratan, pembicaraan lewat telepon serta perbuatan semacamnya demi menjaga agama dan kehormatannya.

Syaikh Jibrin juga ditanya : "Apa hukumnya kalau ada seorang pemuda yang belum menikah menelepon gadis yang belum menikah?" Jawab beliau : Tidak boleh berbicara dengan wanita asing (bukan mahramnya) dengan pembicaraan yang bisa menimbulkan syahwat, seperti rayuan, mendayukan suara baik lewat telepon maupun lainnya. Sebagaimana firman Allah ta'ala : "Dan janganlah kalian melembutkan suara, sehingga akan berkeinginan orang-orang yang hatinya terdapat penyakit." (QS. Al-Ahzab : 32). Adapun kalau pembicaraan itu untuk sebuah keperluan, maka hal itu tidak mengapa apabila selamat dari fitnah, akan tetapi hanya sekedar keperluan. (Fatawa Islamiyah 3/97).

***

Syubhat dan Jawabannya

Sebenarnya, keharaman pacaran lebih jelas dari pada matahari di siang bolong. Namun begitu masih ada yang berusaha menolaknya walaupun dengan dalil yang sangat rapuh, serapuh rumah laba-laba, diantara syubhat itu adalah :

Tanya: Tidak bisa dipukul rata bahwa pacaran itu haram, karena bisa saja orang pacaran yang Islami, tanpa melanggar syariat.

Jawab : Istilah "Pacaran Islami" itu cuma ada dalam khayalan, dan tidak pernah ada wujudnya. Karena anggaplah bisa menghindari khalwat, menyentuh serta menutup aurat. tapi tetap tidak akan bisa menghindari dari saling memandang. Atau paling tidak membayangkan dan memikirkan kekasihnya. Yang mana hal itu sudah cukup mengharamkan pacaran.

Orang sebelum memasuki dunia pernikahan, butuh untuk mengenal dahulu calon pasangan hidupnya, baik sisi fisik maupun karakter, yang mana hal itu tidak akan bisa dilakukan tanpa pacaran, karena bagaimanapun juga kegagalan sebelum menikah akan jauh lebih ringan daripada kalau terjadi setelah nikah.
Jawab : Memang, mengenal fisik dan karakter calon istri maupun suami merupakan suatu hal yang dibutuhkan orang sebelum memasuki biduk pernikahan, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari, juga tidak terkesan membeli kucing dalam karung. Namun, tujuan ini tidak bisa menghalalkan sesuatu yang haram.

Ditambah lagi, bahwa orang yang sedang jatuh cinta akan berusaha menanyakan segala yang baik dengan menutupi kekurangannya di hadapan kekasihnya. Juga orang yang sedang jatuh cinta akan menjadi buta dan tuli terhadap perbuatan kekasihnya, sehingga akan melihat semua yang dilakukannya adalah kebaikan tanpa cacat. (Lihat Faidhul Qodir oleh Imam Al-Munawi 3/454). Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Darda : "Cintamu pada sesuatu membuatmu buta dan tuli." (Hadits lemah baik marfu' maupun mauquf, riwayat Bukhari dalam Tarikh Kabir 2/1/157, Abu Dawud 5130, Ahmad 5/194, Lihat Silsilah Dloifah 4/348/1868).

Ma'raji : Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf / Majalah Al-Furqon Edisi 8 Th.II/Rabi'ul Awwal 1424.

Sabtu, 10 Desember 2011

kriteria memilih suami yang baik menurut islam


Setiap wanita muslimah hendaknya memilih calon suami yang memenuhi syariat islam. Diantara ciri-cirinya adalah :

* Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak, agar ia dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, pendidikan anak, tanggung jawab yang benar dalam menjaga kehormatan dan menjamin material rumah tangga.
* Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasik tukang pembuat dosa yang dapat memutuskan tali kekeluargaan
* Berniat sungguh-sungguh akan menikah bila menemukan wanita yang cocok setelah melihatnya sewaktu meminang
* Mempercepat akad nikah da tidak menggantungkannya untuk jangka waktu yang lama sehingga ada kemungkinan menyurutkan keinginan menikah dan membatalkan pinangan
* Tidak berkhalwat ( pergi berduaan ) dengan wanita yang dipinang
* Hanya berkunjung dan masuk ke rumah wanita yang akan dipinang bila di sertai mahramnya
* Tidak melakukan pembicaraan batil dan sia-sia saat berkunjung
* Tidak menyeringkan datang ke rumah wanita yang dipinang
* Tidak mencuri pandangan yang dapat membuka pintu-pintu syahwat
* Tidak mengambil pinangan orang lain
* Sehat jasmani dan rohani
* Tidak berlebih-lebihan dalam berpakaian dan berbicara
* Tawadhu (rendah diri)
* Bergaul dengan orang-orang shalih
* Menghormati orang tua wanita yang dipinang
* Rajin bekerja dan berusaha
* Optimis
* Mengucapkan salam ketika berkunjung dan pulang
* Tidak mengobral janji dan berandai-andai

Wahai Calon Suamiku Belahan Jiwaku, Temukan Aku

...Bismillahirrahmanirrahim..

Untuk calon suami dunia akhiratku ...
...Asssalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh...

Duhai calon pemilik tulang rusukku, aku akan segera hadir dalam dinginnya malam dengan hangatnya jiwa. Ku tunggu hingga Ijab Kabul terucap dari lisanmu....

Aku akan menjaga dalam harumnya semerbak dalam jiwaku, menunggu hingga engkau menakhodai bahtera kita. Ku kan berhijab dengan sempurna dengan tak selalu mengikuti arah arus angin yang berhembus....

Duhai calon imam dalam sholatku, aku kan selalu hadir dalam cintamu kepada Allah, dengan sigap aku akan menghamparkan sajadah sebagai alas sujudmu, dengan hadirku sebagai makmum Insya Allah akan menyempurnakan sholat kita. Deru do’amu teiring “aamiin” dari lisanku...

Dalam hening malam bulir air mata tak henti ku teteskan bercahayakan munajat doa.

Duhai calon pemilik tangan gagah yang menolongku ketika aku terpuruk dan jatuh.. lindungi aku dalam perjalanan hidup kita, ketika engkau terluka kan kubalut dengan cinta jiwa yang merona, menyembuhkan segala perih dalam jiwamu....

Duhai calon pengusap air mataku, sungguh engkau takkan rela calon bidadarimu ini menangis, usaplah lembut pipi kemerah-merahan ini agar tak menangis, dan kan kuhaluskan telapak kakimu dengan mencucikannya ketika engkau pulang dari berjihad mencari nafkah....

Duhai calon ayah dari para mujahis-mujahidah kita, aku sebagai madrasah pertama sebagai sumber ilmu dari anak anak kita, kan kutanammkan ilmu agama agar mujahidah kita takut akan Rabbnya, santun pada kedua orang tuannya, menghormati orang-orang yang lebih tua. Akhlakul karimah yang baik kan kusisipkan dalam prilakunya semenjak kecil....

Duhai calon nakhoda yang kan membawa keluargaku ke surga…
Mari kita hiasi rumah kita dengan cahaya cahaya iman…

Aku dalam diam sengaja tak menampakkan diri, agar engkau benar benar menemukanku dalam cahaya sujudmu...

Aku tak banyak bicara kerana aku takut ketika aku menyapa, engkau tepesona pada apa yang ku ucap..

Aku menunduk malu, tak berani menatap mata binar yang engkau miliki, karena aku takut dapat memudarkan imanku..

Temukan aku wahai calon imam dalam sujudku…
Aku menunggu lisan ijab darimu..


..:: Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh ::..

Aku mencintaimu karena Allah...

ini bukan sekedar kata-kata agar kamu jatuh hati padaku, namun ini adalah kejujuranku. Mengapa aku berkata seperti ini? Karena aku menyukai orang-orang yang mencintaiNya. ... yang mencintai RasulNya... dan denganmu... kuharap keteguhanmu bisa mengajakku serta untuk semakin mencintaiNya. ..Aku merindukanmu karena Allah
Ini bukan untaian rahasia dalam hatiku untuk memikatmu. Mengapa aku berkata seperti ini? karena aku tahu... mengucapkan ikrar suci itu menyempurnakan hidupku. Dan... Pernikahan adalah sunnah Rasullullah dan Rasulullah adalah kekasih Allah. Cinta adalah anugerahNya yang ditumbuhkan dihati orang-orang yang dikehendakiNya. Bagaimana aku tidak merindukan kehadiranmu wahai kekasih.... to come in my life ???
Aku menunggumu karena Allah. Ini bukan rajutan perasaan untuk sebuah penantian. Mengapa aku berkata seperti ini? Karena aku tahu, diriku terlalu banyak kekurangan.. . dan karenanya... aku butuh seseorang yang lebih halus untuk menaklukkan hatiku yang tegas dan yang lebih tangguh untuk menguatkan hatiku yang lemah dengan ijinNya...
Aku tahu... terlalu banyak yang harus aku perbaiki... karenanya, aku menunggumu untuk menjadi pendamping hidupku... aku menunggumu untuk lebih membimbingku dengan tulusmu... untuk lebih mengajariku dengan sabar hingga kenikmatan imanku terhadapNya semakin dalam dengan ijinNya.... disetiap harinya... untuk selama-lamanya Amin...
Aku tahu, dalam hatiku... aku tak ingin hidup sendiri, karenanya, aku berharap... Allah menganugerahkan padaku seorang imam untuk berbagi banyak hal dan menerima apa adanya diriku beserta keluargaku.. .
Kekasih... bila Engkau benar-benar ada dalam hidupku... semoga Allah memantapkan hati kita dan mendekatkan kita dijalan yang lebih Ia Ridhoi
Amin...
Aku mencintaimu karena Allah... aku merindukanmu karena Allah dan aku menunggumu karena Allah...
Kekasih....

Jumat, 02 Desember 2011

kerudung penghalang masa depan??? no way

Banyak wanita - wanita muslim menyembunyikan identitas mereka sebagai muslimah. Contoh yang banyak di temui adalah masalah penggunaan kerudung. Banyak dari kita menganggap kerudung adalah masalah utama dalam memperoleh sebuah pekerjaan. Sebagai contoh, bisa kita saksikan di beberapa sekolah ketika akan menyelesaikan studinya di pendidikan SMA, siswi - siswi yang tadinya berparas cantik menggunakan kerudung kini malah melenyapkan kerudungnya demi sebuah kepentingan duniawi. Mereka melepaskan kerudungnya untuk sebuah masalah kecil yakni foto untuk ijazah pendidikan terakhir di bangku SMA demi mendapatkan sebuah pekerjaan selesai meniti pendidikan. Masya Allah.


Lantas, lupakah kita dengan sang maha pencipta?
Atau tidak ingatkah kita siapa yang menciptakan kita hingga sampai di dunia fantasi yg fana ini?
Bahkan apa tidak pernahkah terlintas di fikiran kita tentang yang Maha menghidupkan dan Maha mematikan, dan Maha memberi serta Maha memusnahkan?
Astaghfirullah...


Tidak ingatkah kita, bahwa Allah swt telah berjanji kepada umatnya. Ketika kita berada di rahim ibu kita bahwa seseorang terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh hari berupa mani, kemudian berupa sekepal darah selama itu juga kemudian berupa sekepal daging selama itu juga, kemudian Allah mengutus Malaikat yang diperintah mencatat empat kalimat dan diperintah: “Tulislah Amalnya, Rizqinya, Ajalnya dan Nasib baik atau nasib buruknya, kemudian ditiup ruh kepadanya.


Lantas, apa lagi yang perlu kita risaukan masalah rezeki kita di dunia?
Dan menganggap Kerudung adalah masalah utamanya dalam menghambat rezeki.
Sementara Allah swt sang Maha Pencipta lah yang menentukan nasib kita bukan MANUSIA.
Yang paling utama bahwa sebagai hamba kita tetap berusaha dan berdo'a serta ketika kita sukses mencari apa yang kita dapat jangan lupa untuk bersyukur kepadanya.


Pesanku kepada saudara sesama Muslimah, "Mari kita ulurkan kembali kerudung kita, mahkota tercantik kiriman Allah swt, jangan risaukan masalah masa depanmu karena semua ada yg maha mengaturnya."

Pertanyaannya sekarang, "Ketika kita berhasil meraih apapun yang kita inginkan, lantas untuk apa semua itu?
Untuk apa harta yang melimpah ruah itu?
Untuk apa kendaraan yang mewah itu?
Untuk apa segala sesuatu itu?
Toh akhirnya kita pulang ke dalam sebuah petak tanah yng panjang dan lebarnya hanya selebar dan sepanjang ukuran badan kita dengan sehelai kain putih!"

Semoga bisa diambil hikmahnya dari fenomena yang terjadi di sekitar kita, yang tersembunyi tapi nyata.
Dan semoga kita terlindungi dari orang-orang yg demikian