Jumat, 13 Januari 2012

suka duka penjaga warnet


“Ada yang kosong Mbak??”
“oh…ada, no. 6 kosong”, jawabku.
Yah…itulah pertanyaan yang sering mampir ke telingaku. Maklum lah, sebagai seorang makhluk penjaga warnet mungkin pertanyaan semacam itu sering kita (OP warnet) dengar.
Eh..btw, gak kerasa sudah sekitar 1,5 tahun saya menjadi seorang penjaga warnet,makasih buanget buat yang udah ngasih kerjaan diwarnet ni,, Bermodalkan tekad yang bulat halah…Maksudnya cuma modal nekad, akhirnya saya ambil tuh lowongan, eh…mungkin sudah jadi rejeki saya kali yah…langsung diterima. Ya wong waktu itu saya belum pernah internetan. Hari demi hari, minggu demi minggu telah kulalui. Ternyata ngenet (bukan ngenet di angkutan loh, tapi internetan) asyik juga. Akhirnya bisa punya email, bisa chatting, bisa browsing  punya blog sendiri, banyak deh pokoknya. Yah..meskipun bayaran gak seberapa, tapi Alhamdulillah, daripada nganggur. Dan yang paling penting, ilmunya itu loh…Banyak yang bisa saya petik dari hasil melek saya tiap siang (kebetulan sering kebagian shift siang). Suka dan duka tentunya ada donk…banyak suka apa dukanya yah?? gak tau juga hew…Hal yang paling menyenangkan bagi seorang makhluk penjaga warnet seperti saya mungkin adalah bisa ngenet sepuasnya, kadang malah sampai bosen. Saya bisa belajar, komunikasi sama temen2, kenalan lewat chatting, , blog, , dan masih banyak lagi yang lainnya, dibayar pula (meskipun dikit, dan kalo dihitung2 malah nombok). Tapi saya sangat menikmati pekerjaan saya ini.
Tapi…kalo dihitung2…banyak dukanya kali yah…pa banyak sukanya?? masih bingung juga neh…
Well, untuk pertamanya mendingan saya ngomongin enaknya (suka) aja dolo deh gimana rasanya menjadi operator warnet.
> Yang jelas, kita bisa internetan gratis. Bahkan, udah gratis di bayar lagi.
> Belajar komputer. Maksud saya disini adalah, selain bisa internetan gratis kita juga bisa sekalian belajar-belajar tentang ilmu computer. Why? Karena setidaknya faktor kebiasaan kita selalu berhubungan dengan komputer akan menjadikan kita lebih terbiasa mengoperasikan komputer. Hal tersebut tentunya bisa menambah pengetahuan kita tentang ilmu komputer yang mungkin selama ini belum diketahui.
> Menambah teman/pergaulan. Menjadi seorang operator warnet secara tidak langsung juga bisa menambah teman. Sederhananya, jika kita telah memiliki pelanggan tetap yang sering main ke warnet kita, pastinya kita harus menjaga hubungan agar si pelanggan tersebut secara berkelanjutan main ke tempat kita. Maka dari itu, dalam menjalin hubungan tersebut setidaknya kita harus tahu nama, tinggal, atau apalah. Dengan seperti itu, kamu sudah mendapatkan teman baru.
Itu kalo cerita tentang enaknya menjadi operator warnet. Sekarang saya akan cerita yang nggak enaknya (dukanya) nih, atau lebih tepatnya ini merupakan sebuah tuntutan bagi operator warnet,
> Harus sabar. Sabar dalam menghadapi user yang cerewet, nyinyir, sok tahu, atau yang kerjaannya complain molo. Hhhmmm.., bagi kamu yang pernah jadi operator warnet, atau mungkin sekarang ini bekerja menjadi operator warnet pasti tahu rasanya gimana. Nyebelin juga kadang-kadang.. :angry:
> Bad Mood. Rasa BT kadang-kadang sering datang begitu saja tanpa adanya angin ataupun hujan. Apalagi kalau kita dalam kondisi yang kurang fit. Jadi waktu-waktu yang dilewati terasa lambat banget.
> Harus bisa melawan rasa kantuk. Yang namanya mata kalo udah ngantuk, pasti dalam pikiran kita yang ada hanya satu, yaitu membayangkan tubuh ini berbaring di kasur yang mpuk. Wew, hal ini bagi saya merupakan hal yang kadang-kadang terasa susah, apalagi kalau kerjanya shift malam. Aduhh.., pedes rasanya nih mata
Hal di atas adalah gambaran umum suka duka menjadi operator warnet. Sebenarnya mungkin masih banyak lagi, tapi berhubung cuma itu aja yang saya ingat, ya semoga cukup deh. Dengan bisa mengerti kondisi secara umum tersebut, semoga kamu bisa mengerti gimana suka dukanya operator-operator warnet di tempat kamu biasanya main. Pokoknya  nasib si penjaga warnet, atau kerja jadi operator lumayan warnet capek deh.
Emosi dan harga diri, ni kalo ada user yang sangaaat menyebalkan. Dikasih tau gak bisa-bisa, diajarin ngeyel, cerewet…
Menjadi penjaga warnet itu sebetulnya bernilai ibadah tinggi. Kenapa ngga? Betapa sebetulnya, besar sekali kesempatan yang dimiliki oleh penjaga warnet untuk nahi munkar ketika menemukan user yang nakal, yang dateng ke warnet berdua sama pasangannya, sengaja milih area remang. Tentu saja nahi munkar-nya penjaga warnet harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Sebagaimana seorang salafus sholihin pernah menasihati anak-anaknya, “Apabila seseorang dari kalian hendak melakukan amar ma’ruf nahi munkar, hendaklah ia memantapkan diri untuk bersabar dan meyakini datangnya pahala (dan perlindungan) dari Allah. Sebab, barang siapa yakin akan pahala (dan perlindungan) dari Allah SWT, maka ia tidak akan pernah khawatir akan timbulnya gangguan atas dirinya” (dikisahkan dalam buku Ihya Ulumuddin, Imam Ghozali),,WELEH..GAYANE SOK…hihihihi,,,

Yah,,beginilah resiko penjaga warnet..udah dulu lah..mungkin ni hari terakhirku menjadi penjaga warnet…udah pada bosan mesti para user..ketemune mbak mbak kui terus,,hehe.lagian ku juga udah buosen buanget….tapi maneman meh keluar dari pekerjaan ini..pengennya si masih bisa jaga ,,biar makin tambah ilmu seng akeh…

Kamis, 12 Januari 2012

kesendirian yang bermakna

Kesendirian, suatu waktu di mana kita tak bisa menghindarinya. Banyak moment di mana kita harus tinggal seorang diri; saat di kamar mandi; saat di rumah tak ada orang kecuali kita; saat berada di sebuah ruangan warnet. Saat kesendirian itu muncul, saat di mana setan dengan gencarnya menggoda kita. Karena biasanya, kita akan jauh lebih semangat beribadah ketika ada orang di sekitar kita. Apalagi jika orang yang di dekat kita adalah orang yang shalih, yang senantiasa “menularkan” kebaikan pada diri kita. Ketika penghalang itu tak ada, setan pun dengan leluasa menerobos masuk dalam hati dan pikiran kita.
Karena iman yang lemah, kita pun kerap terjebak pada bujuk rayu syaithan. Kita menuruti apa mau syaithan. Tadinya kita rajin shalat, membaca al-Quran, tiba-tiba menjadi makhluk jalang yang bersuka cita pada kemaksiatan. “Ah… tidak ada yang melihat saya melakukannya,” bisiknya dalam hati.
Saat kesendirian itulah keimanan kita sedang diuji, apakah kita benar-benar mencintai Allah dengan setulus hati, apakah kita hanya takut kepada-Nya ataukah ibadah yang kita lakukan selama ini hanya sandiwara dan ingin dipuji oleh orang yang sedang bersama kita?
Saat sendiri, berarti kita hanya berdua-duaan dengan Allah. Alangkah baiknya kita gunakan kesempatan itu untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika dalam keramaian kita berdzikir seratus kali. Maka saat sendirian, kita harus lebih dari itu. Uwais al-Qarny Ra. pernah berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang bisa mengenal Tuhannya, sementara dia lebih banyak bersama selain-Nya.”
Suatu ketika, di malam yang dingin dan sunyi, Imam Abu Hanifah bermunajat di sebuah masjid. Di sana beliau menghabiskan waktunya dengan shalat, dzikir, dan berdoa hingga shubuh. Tak disangka, ada orang yang melihat ibadahnya itu. Setelah mengetahui ada yang memperhatikannya, beliau lalu berkata kepada orang tersebut agar merahasiakan perihal apa yang dilihatnya.
Diriwayatkan bahwa Imam Malik tidak terlalu banyak melaksanakan puasa dan shalat sunnah. Akan tetapi, kesendiriannya dipenuh dengan hal-hal yang berguna dan bermakna.
Seorang ulama bernama Umar Tilmisani pernah menceritakan pengalamannya. Di suatu malam, Imam Hasan al-Banna – gurunya – memanggil namanya, “Ya Umar, apakah engkau sudah tidur?” Lantas Umar menjawab, “Belum ya Syaikh…” Kemudian Imam Hasan al-Banna kembali masuk ke kamarnya. Beberapa saat kemudian Imam Hasan al-Banna kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Tapi kali ini Umar sengaja tidak menjawabnya, karena pasti nanti akan bertanya lagi hal yang sama. Umar pura-pura tidur.
Setelah tidak ada jawaban dari Umar, Imam al-Banna masuk kembali ke kamarnya. Beberapa saat lamanya pertanyaan yang sama tidak segera muncul, Umar pun melihat apa yang dilakukan gurunya itu di dalam kamarnya. Demi melihatnya, Imam Hasan al-Banna sedang bermunajat dengan tangisan menyayat hati. Akhirnya tahulah Umar, jika gurunya itu menginginkan kesendirian dalam bermunajat kepada-Nya, sehingga amalan hanya semata-mata karena Allah.
Sungguh asyik berdua-duaan bersama Allah sehingga Allah akan menganugerahi cahaya pada wajah kita. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya, “Kenapa orang yang rajin shalat malam wajahnya tampak bercahaya?” Imam Hasan menjawab, “Karena dia berdua-duaan dengan Allah sehingga Allah menghadiahinya sebagian dari cahaya-Nya.”
Seorang yang taat di kala ramai maupun sepi akan mereguk manisnya iman. Dia akan mendapatkan peningkatan kualitas iman dalam dirinya. Sesungguhnya semua ibadah yang kita lakukan untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Kita berlaku demikian laksana melemparkan kayu Hindi (bahan minyak wangi) ke tengah bara api, kemudian wanginya tercium oleh manusia, namun mereka tak tahu dari mana sumber wewangian itu.
Ada orang yang jika kita mendekatinya terasa damai. Ketika menatap wajahnya, semakin mendorong kita untuk banyak mengingat Allah. Semakin bergaul akrab dengannya, terasa kebaikan-kebaikannya. Cintanya kepada kita bukan kamuflase sesaat, tetapi merupakan cinta murni yang datang dari-Nya. Terasa di sekeliling kita “harum mewangi” ketika kita bersamanya.
Namun, ada orang yang jika kita semakin dekat dengannya, hati kita semakin hampa, keras membatu, dan kotor oleh maksiat. Mungkin pada mulanya, kita menganggapnya orang baik. Namun lama kelamaan ketahuan belangnya, hatinya lebih busuk dari bangkai dan lebih kejam dari binatang liar. Merekalah orang-orang yang hanya taat di kala ramai, namun berbuat maksiat di saat sendiri.
Barangsiapa yang kesendiriannya baik dan penuh makna, akan menyebarlah aroma keutamaannya dan hati pun akan senantiasa mencium wewangiannya. Jagalah perilaku Anda dalam kesendirian, karena hal itu sangat bermanfaat

penyesalan...

Seandainya waktu dapat kembali
Inginku memulai cerita sekali lagi
Awali putihnya lembaran hidup ini
Tanpa menodainya dengan warna-warni
Duniawi......(shaff-fix- sesal saja tiada guna )

Siapa yang tidak pernah menyesal?
Saya pikir semua orang pernah menyesal, dan saya yakin pasti semua mereka yang pernah menyesal tidak ingin menyesal diakhir.
Namun sayangnya penyesalan selalu datang terakhir, itulah yang membuat kita merasa sedih, kecewa, dan akhirnya menyesal. Kalau penyesalan diawal namanya penyadaran.
Lucunya kebanyakan manusia (termasuk saya juga kan manusia) lebih senang di tegur dulu oleh Allah baru sadar.
Hal terpenting dari penyesalan adalah SIKAP kita saat menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan. Sikap apa yang harus kita ambil? Berubahlah, berubah menjadi lebih baik. Karena jika hanya mesal tidak ada guna. Bangkitlah, mohon ampun kepada Allah, mintalah kekuatan untuk berubah lebih baik, agar tidak masuk di lubang yang sama.
Bersyukurlah jika kita merasa menyesal, artinya kita masih meyadari kesalahan/kekurangan diri kita. Akan sangat repot dan menyebalkan jika ada seseorang yang tidak mengakui kesalahannya bahkan tidak menyadari. Kita tidak akan bersyukur bisa merasakan kesehatan jika belum merasakan sakit. Artinya disinilah Allah mentarbiyah (mendidik) kita langsung untuk belajar, mengenal baik dan buruk.
“Seandainya…Kalau saja..” kecenderungan menyesal adalah menyalahkan kondisi/mencari kambing hitam, padahal permasalahannya mungkin saja ada pada kita sendiri.
Jangan pernah menyalahkan siapapun, sadarilah apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, mungkin seperti inilah cara Allah memberikan  yang terbaik untuk hambanya.
Wallahu’alam bishshawwab.

jika bahagia jangan jadi lupa

Nabi Muhammad SAW bersabda :
1. Empat hal yg membuat Badan Sakit :
- kebanyakan Bicara
- kebanyakan Tidur
- kebanyakan Makan
- kebanyakan Bertemu Orang

2. Empat hal yg merusak Tubuh :
- Khawatir/Cemas
- Kesedihan
- Kelaparan
- Tidur Larut Malam

3. Empat hal yg membuat Murung dan Kesedihan :
- Bohong
- Kurang Ajar atau tidak hormat
- Berdebat tanpa Pengetahuan atau Informasi yg memadai
- Amoral atau melakukan sesuatu tanpa rasa Takut

4. Empat hal yg meningkatkan Wajah Berseri dan Kebahagiaan :
- Kesalehan
- Loyalitas
- Kedermawaan
- Menolong sesama dg Ikhlas tanpa diminta hny harap Ridho ilahi

5. Empat hal yg Memberhentikan Rezeki :
- Tidur dipagi hari dari Sholat Subuh hingga Matahari Bersinar
- Tidak melakukan Sholat/Berdoa secara teratur
- Malas
- Penghianatan atau Ketidak Jujuran

6. Empat hal yg membawa Rezeki :
- Berdoa dimalam hari
- Tobat
- Beramal
- Berdzikir

Nabi Muhammad SAW jg bersabda :
Hiasi Jiwamu dengan Shalat, Zikir & Al-Quran krn Satu ayat Al-Quran pd Hari Akhir kan memberi Syafaat.

Nabi Muhammad SAW juga bersabda : Berhenti melakukan sesuatu saat Adzan bahkan membaca Al-Quran, orang yg berbicara selama Adzan tidak dapat mengatakan Dua Kalimat Syahadat disaat Kematiannya.

Baca doa ini untuk kehidupan yg lebih baik
Allahumma inni ala zikrika wa syukrika wa husni ibadatika.

Doa yg sangat kuat telah dikirim kepada anda.
Bayangkan jika 1000 orang membacanya hanya karena anda.
Subhanallah Jazakallah bi khoirin Amin.
Jika Susah, janganlah merasa Pilu. Ada Allah tempat Mengadu.
Jika Gagal, janganlah berputus Asa. Ada Allah tempat Meminta.
Jika Bahagia, janganlah jadi Lupa.. Karena hanya Allah lah tempat kita memuja untk berucap syukur'.... O:)

Maukah engkau menjadi Wanita Solehah?

“Sesungguhnya dunia ini adalah perhiasan, tetapi perhiasan yang paling indah adalah wanita yang shalihah.” (sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam)

Sesungguhnya wanita yang sholihah adalah perhiasan yang paling berharga. Wanita yang mulia, itulah perhiasan yang hakiki.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Di antara sebab kebahagiaan anak-cucu Adam itu ada tiga, dan termasuk kecelakaan bagi anak-cucu Adam itu ada tiga. Dan di antara kebahagiaan itu adalah wanita yang sholihah, rumah yang baik, dan kendaraan yang baik. Dan termasuk kecelakaan atau kerugiaan atau kesengsaraan bagi anak-cucu Adam pun ada tiga, yaitu: wanita yang jelek atau wanita yang jahat, rumah yang tidak baik, dan kendaraan yang tidak baik.”

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Maukah kalian saya tunjukkan sesuatu hal yang bisa dijadikan tabungan yang berharga bagi seorang laki-laki?” Maka Rosulullah mengatakan, “Seorang wanita yang sholihah, apabila sang suami melihat dirinya maka dia akan menyejukkan pandangan suaminya, apabila sang suami memmerintahkannya (meminta tolong kepadanya) maka dia menaatinya, dan apabila sang suami tidak ada di rumah maka wanita tersebut menjaga dirinya dan tidak mengkhianati suaminya.”

Rabu, 11 Januari 2012

untuk Ikhwan wa Akhwat fillah

Ya Muqollibal Qulub Tsabbit qolbi ‘alad diinik…
Ya Muqollibal Qulub Tsabbit qolbi ‘alad da’watik…

Love is a give (Cinta adalah berkah)…
Bahkan salah seorang ikhwah mengatakan:
Love is the essence of life (Cinta adalah inti sari kehidupan)…
Cinta Allah yang membuat bumi ada…
Cinta Allah yang membuat sang surya bersinar…
Cinta antar manusia yang membuat hidup tenteram dan nyaman…
Ketika kita mencintai, tidak ada kata pamrih disana…
Yang ada hanya memberi tanpa mengharap menerima…


Mirip seperti itulah hakikat menjadi da’I…
Dia harus siap mengorbankan hidup dan matinya demi da’wah…
Dia selalu memberi utk Islam, tanpa mengharapkan menerima utk setiap kerja da’wahnya…
Itulah ikhlash…
Siap menjadi jundi dan pada saat yang sama siap menjadi qiyadah…
Siap mengeluarkan uang utk da’wah…
Siap mengeluarkan tenaga utk da’wah…

Ana teringat kata Ust. Darlis:
Bahwa hubungan ikhwan dan akhwat aktivis da’wah adalah seperti saudara…
Cukup sampai disana…
Kalaupun terjadi gangguan hati yang merupakan sunnatulloh akibat adanya interaksi,
Tidak akan melebihi taraf SIMPATI antar kader
(SIMPATI : SIMPan dAlam haTI)…
Kecuali Allahmemberikan kesempatan padanya utk menyelesaikan setengah agamanya…

Jika Allah telah menentukan jodoh utk kita, bahkan sebelum kita lahir,
Mengapa kita takut menjadi perawan tua atau jejaka jomblo…?
Masih panjang langkah da’wah kita…
Masih begitu banyak lahan da’wah yang belum kita jamah…
Ada satu hal yang akan datang dengan sendirinya pada anda, yaitu Jodoh…
Sehingga jangan sampai hal ini membuat kita ragu akan janji Allah pada kita…
Jangan sampai da’wah kita berpenyakit hanya karena masalah ini…
Sangat cengeng dan kekanak-kanakan,
Bila sampai ada aktivis da’wah yang terjangkiti hal ini (VMJ: Virus Merah Jambu)…

Da’wah adalah sesuatu yang suci…
Qod aflaha man zakkaha (Beruntunglah orang yang membersihkan diri)…
Wa qod khoba man dassaha (Dan celakalah orang yang mengotori dirinya)…

Sehingga orang yang berhak dan akan bertahan dalam jalan ini,
Adalah orang yang niat ikhlash membersihkan dirinya…
Dia ikut tarbiyah dengan keikhlashan,
Bukan karena ingin menikah dengan akhwat berjilbab…

Dia beraksi dan berdemonstrasi utk menyuarakan yang haq didepan penguasa yang zholim (HR Bukhori Muslim)…
Bukan ingin ketenaran…
Dia berda’wah ingin menuju Jannah-Nya,
Bukan ingin mendapatkan jabatan, fans atau lainnya…

Ingat ikhwan wa akhwat fillah,
Seperti disampaikan Ust. Amirudin:
Utk ikhwan…
Bila anda istiqomah di jalan da’wah ini,
Bidadari telah menanti anda di syurga nanti…
Utk Akhwat…
Bila anda istiqomah di jalan da’wah ini,
Anda lebih baik dari bidadari yang terbaik yang ada di syurga…

Kebenaran hakiki hanya milik Allah…
Dan di yaumil qiyamah kelak akan ditentukan
kebenaran akan hal2 yang kita perdebatkan…

doa bagi yang sedang bimbang

Ya Allah…
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah… ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi
Tetapi ya Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan…
…Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya
Dan ya Allah yang tercinta…
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya….
Ya Allah ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini
Ya Allah…
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
—————————————-
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
—————————————-
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh
Amin… Ya Rabbal ‘Alamin

Selasa, 10 Januari 2012

Menjadi keluarga Samara

Bagi Mereka yang Mencari Mawaddah, Sakinah dan Rahmah dalam Keluarga
Bismillahhirrahmaanirrahiim. Dengan kerendahan hati, mari kita simak pesan-pesan Al-Qur’an tentang tujuan kehidupan yang sebenarnya. Nasehat ini untuk semuanya. Untuk mereka yang sudah memiliki arah untuk mereka yang belum memiliki arah, dan untuk mereka yang tidak memiliki arah. Nasehat ini untuk semuanya. Semua yang menginginkan kebaikan.
Saudaraku…
Nikah itu ibadah. Nikah itu suci. Ingat itu. Memang nikah itu bisa karena harta, bisa karena kecantikan bisa karena keturunan, dan bisa karena agama. Jangan engkau jadikan harta, keturunan maupun kecantikan sebagai alasan… karena semua itu akan menyebabkan celaka. Jadikanlah agama sebagai alasan… Engkau akan mendapatkan kebahagiaan.

Saudaraku…
Tidak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk oleh karena cinta. Namun… jika cinta engkau jadikan sebagai landasan, maka keluargamu akan rapuh, akan mudah hancur. Jadikanlah “ALLAH” sebagai landasan niscaya engkau akan selamat. Tidak saja dunia, tapi juga akherat. Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan… Niscaya mawaddah, sakinah, dan rahmah akan tercapai.
Saudaraku…
Jangan engkau menginginkan untuk menjadi raja dalam ‘istanamu’. Disambut istri ketika datang, dan dilayani segala kebutuhan. Jika ini kau lakukan ‘istana’mu tidak akan langgeng. Lihatlah manusia ter-agung Muhammad SAW. Tidak marah ketika harus tidur di depan pintu beralaskan sorban, karena sang istri tercinta tidak mendengar kedatangannya. Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan tersaji dihadapannya ketika lapar, menjahit baju-nya yang robek…
Saudaraku…
Jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam ‘istana’mu. Disayang, dimanja, dan dilayani suami. Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu. Jika itu engkau lakukan, ‘istana’mu akan jadi neraka bagimu.
Saudaraku…
Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu. Jangan engkau terlalu menuruti istrimu. Jika itu kau lakukan, engkau akan celaka. Engkau tidak akan dapat melihat yang hitam dan yang putih, tidak akan dapat melihat yang benar dan yang salah. Lihatlah bagaimana Allah menegur Nabi-mu tatkala mengharamkan apa yang Allah halalkan hanya karena menuruti kemauan sang istri. Tegaslah terhadap istrimu. Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah. Jangan biarkan dia dengan kehendaknya. Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth… Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang…
Istrimu bisa menjadi musuhmu. Didiklah istrimu. Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama yang loyal terhadap tugas sang suami, Ibrahim. Jadikanlah dia sebagai Maryam, wanita utama yang bisa menjaga kehormatannya. Jadikanlah dia sebagai Khadijah wanita utama yang bisa mendampingi sang suami Muhammad SAW menerima tugas risalah. Istrimu adalah tanggung jawabmu. Jangan kau larang mereka taat kepada Allah. Biarkan mereka menjadi wanita shalihah. Biarkan mereka menjadi Hajar atau Maryam. Jangan kau belenggu mereka dengan EGO-mu…
Saudaraku…
Jika engkau menjadi istri, jangan kau paksa suamimu menurutimu. Jangan paksa suamimu melanggar Allah. Siapkan dirimu untuk menjadi Hajar yang setia terhadap tugas suami. Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam yang bisa menjaga kehormatannya. Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah yang bisa mendampingi suami menjalankan misi. Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu. Jangan kau usik dengan tangismu. Jika itu kau lakukan, kecintaannya terhadapmu akan memaksanya menjadi pendurhaka… jangan…
Saudaraku…
Jika engkau menjadi Bapak, jadilah bapak yang bijak seperti Lukmanul Hakim. Jadilah bapak yang tegas seperti Ibrahim. Jadilah bapak yang kasih seperti Muhammad SAW.
Ajaklah anak-anakmu mengenal Allah. Ajak mereka taat kepada Allah. Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti, jadikan dia sebagai Ismail yang taat. Jangan kau jadikan mereka sebagai Kan’an yang durhaka. Mohonlah kepada Allah. Mintalah kepada Allah, agar mereka menjadi anak yang shalih, anak yang bisa membawa kebahagiaan.
Saudaraku…
Jika engkau menjadi ibu, jadilah engkau ibu yang bijak, ibu yang teduh. Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu. Jadikanlah mereka mujahid, jadikanlah mereka tentara-tentara Allah. Jangan biarkan mereka bermanja-manja, jangan biarkan mereka bermalas-malas. Siapkanlah mereka untuk menjadi hamba yang shalih, hamba yang siap menegakkan Risalah Islam… Amin.
Wassalam

Di Jalan Da'wah aku menikah

Atribut yang diberikan Islam kepada kita, salah satunya adalah dai ilallah. Kita dituntut untuk merealisasikan dakwah dalam seluruh waktu kehidupan kita. Setiap langkah kita sesungguhnya adalah dakwah kepada Allah, sebab dengan itulah Islam terkabarkan kepada masyarakat. Bukankah dakwah bermakna mengajak manusia merealisasikan ajaran-ajaran Allah dalam kehidupan keseharian? Sudah selayaknya kita sebagai pelaku yang menunaikan pertama kali, sebelum mengajak kepada yang lainnya.
Pernikahan akan bersifat dakwah apabila dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Islam di satu sisi, dan menimbang berbagai kemaslahatan dakwah dalam setiap langkahnya, pada sisi yang lain. Dalam memilih jodoh, dipilihkan pasangan hidup yang bernilai optimal bagi dakwah. Dalam menentukan siapa calon jodoh tersebut, dipertimbangkan pula kemaslahatan secara lebih luas. selain kriteria umum sebagaimana tuntunan fikih Islam, pertimbangan lainnya adalah : apakah pemilihan jodoh ini memiliki implikasi kemaslahatan yang optimal bagi dakwah, ataukah sekedar mendapatkan kemaslahatan bagi dirinya? mari saya beri contoh berikut. diantara sekian banyak wanita muslimah yang telah memasuki usia siap menikah, mereka berbeda-beda jumlah bilangan usianya yang oleh karena itu berbeda pula tingkat kemendesakan untuk menikah. Beberapa orang bahkan sudah mencapai usia 35 tahun, sebagian yang lain antara 30 hingga 35 tahun, sebagian berusia 25 hingga 30, dan yang lainnya di bawah usia 25 tahun. Mereka semua ini siap menikah, siap menjalankan fungsinya dan peran sebagai isteri dan ibu di rumah tangga.

Anda adalah laki-laki muslim yang telah berniat melaksanakan pernikahan. Usia anda 25 tahun. Anda dihadapkan pada realitas bahwa wanita muslimah yang sesuai kriteria fikih Islam untuk anda nikahi ada sekian banyak jumlahnya. Maka siapakah yang lebih anda pilih, dan dengan pertimbangan apa anda memilih dia sebagai calon isteri anda?
Ternyata anda memilih si A, karena ia memiliki kriteria kebaikan agama, cantik, menarik, Pandai, dan usia masih muda, 20 tahun atau bahkan kurang dari itu. Apakah pilihan anda itu salah? Demi Allah, pilihan anda ini tidak salah! anda telah memilih calon isteri dengan benar karena berdasarkan kriteria kebaikan agama, dan memenuhi sunnah kenabian. Bukankah Rasulullah bertanya kepada Jabir ra :
“Mengapa tidak menikah dengan seorang gadis yang bisa engkau cumbu dan bisa mencumbuimu” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Dan inilah jawaban dakwah seorang Jabir ra,
“Wahai Rasulullah, saya memiliki saudara-saudara perempuan yang berjiwa keras, saya tidak mau membawa yang keras juga kepada mereka. janda ini saya harapkan mampu menyelesaikan permasalahan tersebut.” kata Jabir “benar katamu” jawab Nabi saw.
Jabir tidak hanya berfikir untuk kesenangan dirinya sendiri. Ia bisa memilih seorang gadis perawan yang cantik dan muda belia. Namun ia memiliki kepekaan dakwah yang amat tinggi. kemaslahatan menikahi janda tersebut lebih tinggi dalam pandangan Jabir, dibandingkan dengan menikahi gadis perawan.
Nah, apabila semua laki-laki muslim berpikiran dan menentukan calon isterinya harus memiliki kecantikan ideal, berkulit putih, usia 5 tahun lebih muda dari dirinya, maka siapakah yang akan datang melamar para wanita muslimah yang usianya diatas 25 tahun, atau usia diatas 30 tahun atau bahkan diatas usia 35 tahun ?
Siapakah yang akan datang melamar para wanita muslimah yang dari segi fisik tidak cukup alasan untuk dikatakan sebagai cantik menurut ukuran umum? mereka, wanita tadi adalah para muslimah yang melaksanakan ketaatan, mereka adalah wanita shalihah, menjaga kehormatan diri, bahkan mereka aktif terlibat dalam kegiatan dakwah dan sosial. Menurut anda, siapakah yang harus menikahi mereka?
Ah, mengapa pertanyaannya “harus” ? Dan mengapa pertanyaan ini hanya dibebankan kepada seseorang ? kita bisa saja mengabaikan dan melupakan realitas ini. Jodoh ditangan Allah, kita tidak memiliki hak menentukan segala sesuatu, biarlah Allah memberikan keputusan agungNya. Bukan, bukan dalam konteks itu saya berbicara. Kita memang bisa melupakan mereka, dan tidak peduli dengan orang lain, tapi bukankah Islam tidak menghendaki kita berperilaku demikian?
Kendatipun nabi saw menganjurkan Jabir agar beristeri gadis, kita juga mengetahui bahwa hampir seluruh isteri Rasulullah adalah janda.
Kendatipun nabi saw. menyatakan agar Jabir beristeri gadis, pada kenytaannya Jabir telah menikahi janda.
Demikian pula permintaan mahar Ummu Sulaim terhadap laki-laki yang datang melamarnya, Abu Thalhah. Mahar keislaman Abu Thalhah menyebabkan Ummu Sulaim menerima pinangannya. Inilah pilihan dakwah. Inilah pernikahan barakah, membawa maslahat bagi dakwah.
Sebagaimana pula pikiran yang terbersit di benak Sa’ad bin Rabi saat ia menerima saudaranya seiman, Abdurahman bin Auf. “Saya memiliki dua isteri sedangkan engkau tidak memiliki isteri. Pilihlah seorang diantara mereka yang engkau suka, sebutkan mana yang engkau pilih, akan saya ceraikan dia untuk engkau nikahi. Kalau iddahnya sudah selesai maka nikahilah dia” (riwayat Bukhari)
Ia tidak memiliki maksud apapun kecuali memikirkan kondisi saudaranya seiman yang belum memiliki istri. Keinginan berbuat baiknya itulah yang sampai memunculkan ide aneh tersebut. Akan tetapi sebagaimana kita ketahui, Abdurrahman bin Auf menolak tawaran itu, dan ia sebagai orang baru di Madinah hanya ingin ditunjukkan jalan ke pasar.
Ini hanya satu contoh saja, bahwa dalam konteks pernikahan, hendaknya dikaitkan dengan proyek besar dakwah Islam. Jika kecantikan gadis harapan anda bernilai 100 poin, tidakkah anda bersedia menurunkan 20 atau 30 poin untuk bisa mendapatkan kebaikan dari segi yang lain? ketika pilihan itu membawa maslahat bagi dakwah, mengapa tidak ditempuh? Jika gadis harapan anda berusia 20 tahun, tidakkan anda bersedia sedikit memberikan toleransi dengan masalahat kepada wanita yang lebih mendesak untuk segera menikah disebabkan desakan usia? Jika anda adalah wanita muda usia, dan ditanya ? dalam konteks pernikahan ? oleh seorang lelaki yang sesuai kriteria harapan anda, mampukah anda mengatakan kepada dia, “saya memang telah siap menikah, akan tetapi si B sahabat saya, lebih mendesak untuk segera menikah”.
Atau kita telah sepakat untuk tidak mau melihat realitas itu, karena bukanlah tanggung jawab kita ? Ini urusan masing-masing. Keberuntungan dan keidakberuntungan adalah soal takdir yang tidak berada di tangan kita. Masya Allah, seribu dalil bisa kita gunakan untuk mengabsahkan pikiran individualistik kita. Akan tetapi hendaknya kita ingat pesan kenabian berikut:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam cinta, kasih sayang dan kelembutan hati mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh menderita sakit, terasakanlah sakit tersebut di seluruh tubuh hingga tidak bisa tidur dan panas” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Bisa jadi kebahagiaan pernikahan kita telah menyakitkan dan mengiris-ngiris hati beberapa orang lain. Setiap saat mereka mendapatkan undangan pernikahan, harus membaca, dan menghadiri dengan perasaan yang sedih, karena jodoh tak kunjung datang, sementara usia terus bertambah, dan kepercayaan diri semakin berkurang.
Disinilah perlunya kita berfikir tentang kemaslahatan dakwah dalam proses pernikahan muslim.
Sumber : Buku “Di Jalan Dakwah Aku Menikah“.

Rabu, 04 Januari 2012

Duhai suamiku…



Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.
Suamiku…..
Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati
kita berpesan,

“Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” [QS: An Nisa' 19].

RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan,
“Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.” Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannyapasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)
Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau
mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.

Saat diriku rela pergi bersama dirimu,
kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang
mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?” Ali r.a. pun menjawab, “Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan
menzaliminya.” Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.

Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, “Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian.” Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun tak pernah berbuat kasar terhadap
istri-istrinya.

Duhai Suamiku…
Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa,
“Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.”
[HRMuslim].

Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati
singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.

Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.
Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini…
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki
pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini
sebagai penambah kekuatan ku untuk
mencintai-Mu. Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu, hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu
lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu. Bila cintaku padanya telah mengalahkan
cintaku kepada-Mu, ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.

Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu,telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin

Ketika Telah Tiba Saat Menikah

MENIKAH adalah keputusan yang besar dalam hidup kita. Ini adalah pilihan yang tidak main-main. Memilih seorang pasangan yang dengannya kita akan membangun sebuah keluarga, menurunkan keturunan dan hidup bersama dalam segenap suasana bukanlah persoalan yang hanya untuk satu dua tahun saja, melainkan untuk sepanjang tahun. Untuk jangka waktu yang selama-lamanya. Bahkan bukan hanya di dunia, tapi juga untuk hidup di akhirat. Demikianlah, kita perlu mempertimbangkan dengan seksama dan matang perihal ini.
Sejatinya, keputusan apapun dalam hidup kita merupakan peristiwa besar. Dari keputusan itu, kelak rangkaian peristiwa akan terus bergulir. Ada peribahasa lawas, langkah keseribu dimulai dengan langkah pertama. Kita perlu hati-hati dan cermat ketika memutuskan, apapun. Orang Cina kuno punya pepatah, rusak seinci rugi seribu batu. Maka, pengambilan keputusan merupakan pertemuan dengan sebuah revolusi.
Ketika kita benar-benar telah memilih pasangan, maka saat itu juga kita telah memutuskan untuk hidup bersama dengan seorang yang asing, meninggalkan orang tua dan keluarga kita yang selama ini telah membersamai dengan segenap kehangatannya. Pilihan untuk hidup bersama pasangan ini sungguh-sungguh mustahil kecuali jika kita benar-benar merasa yakin bahwa kebahagiaan bersama ibu bapak dapat juga kita raih dengan hidup bersama pasangan. Pilihan untuk hidup bersama ini sungguh-sungguh mustahil kecuali jika kita yakin bahwa pasangan akan menjadi pembela dan pelindung sebagaimana saudara laki-laki dan saudara perempuan melindungi kita. Semua ini butuh keyakinan kuat dari hati.
Karenanya, saya bisa memahami kenapa perjanjian pernikahan disebut oleh Al-Quran sebagai mitsaqan ghalizha, perjanjian yang amat kuat. Ini adalah perjanjian yang sakral. Sebuah perjanjian agung antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan saksi Allah Tuhan seru sekalian alam.
Semoga Allah tabaraka wa ta’ala senantiasa meluruskan dan menetapkan niat kita bahwa menikah merupakan bagian perjuangan untuk meniti jalan sunnah Nabi-Nya dan ibadah kepada-Nya. Tentu saja, kita ingin mengawali perjuangan ini dengan segenggam keyakinan bahwa pilihan kita untuk menikah dengan pasangan merupakan pilihan yang diridhai Allah dan Rasul-Nya.
Ketika seorang lelaki hendak memilih pasangannya, ada empat perkara yang dapat ia jumpai pada seorang perempuan: kecantikan, keturunan, kekayaan, dan agama. Agama ini datang untuk mengajarkan bahwa kemuliaan tertinggi adalah pada agama.
Ada sebuah kabar, kebanyakan lelaki lebih suka pada perempuan dengan paras yang begitu ayu. Itu sah-sah saja. Tetapi kita mesti sadar bahwa keayuan paras saja bukanlah sebab yang kelak akan mendatangkan barakah dalam pernikahan. Demikian halnya dengan keturunan dan kekayaan. Ada yang lebih sempurna dari itu semua, yakni akhlak mulia dalam diri perempuan. Ada agama dalam hidupnya.
Dalam banyak riwayat, Nabi senantiasa meminta para sahabat untuk melihat dulu Muslimah yang hendak dipinangnya. Tujuannya, agar para sahabat itu menemukan “sesuatu” yang membuatnya tertarik dan bisa melanggengkan pernikahannya. Dalam pemahaman inilah kita perlu meletakkan keayuan paras, keturunan dan kekayaan. Sungguh, Nabi kita yang agung telah berwasiat bahwa fitnah terbesar bagi lelaki adalah kaum wanita. Semoga kita tidak jatuh pada perempuan macam begitu.
Maka, paras ayu, keningratan, dan anak orang kaya bukan menjadi sebab utama. Seandainya kita tidak menemukan akhlak mulia dalam dirinya, sebaiknya pilihan tidak dijatuhkan.
Ada kiasan menarik dari Al-Quran tentang pasangan Suami-Istri. Masing-masing merupakan pakaian bagi yang lain. Sebagaimana layaknya pakaian, ada banyak macam pakaian yang sudah genap syarat-syaratnya buat menutup aurat sesuai tuntunan agama, tetapi untuk menjatuhkan pilihan pada sebuah pakaian, kita perlu menimbang dengan rasa dan hati kita.
Sebaliknya, ada banyak juga pakaian yang menarik hati, tapi kalau dengan memakainya aurat menjadi tak tertutupi, apalah guna punya pakaian yang menarik hati.
Demikian pulalah memilih pasangan. Kalau hanya menimbang wajah yang ayu, pernikahan hanya akan menerbitkan kehinaan. Sebagaimana kecantikan yang akan cepat sirna, pernikahan yang demikian akan cepat layu. Tapi, kalau hanya memilih yang baik beragama saja, takut juga bila mata dan hati menjadi kurang terjaga. Demikianlah saya memahami anjuran Nabi untuk melihat dulu muslimah yang hendak dipinang. Bukankah sudah termaktub dalam Kitab suci, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum [30] : 21)
Kalau saya tak salah ingat, Bunda Khadijah ra juga merupakan perempuan suci yang menawan yang banyak dilirik para pembesar Quraisy. Bunda Aisyah ra merupakan gadis muda yang jelita. Bunda Zainab binti Jahsy ra juga memiliki wajah yang rupawan. Demikian juga Bunda Maria al Qibthiyah ra yang berkulit putih bersih yang kecantikannya sempat membuat Aisyah ra cemburu. Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui hikmah dibalik paras wajah para Ummul Mukminin kita.
Maka, tentu saja, pakaian yang baik adalah yang memenuhi aturan agama dan sesuai dengan selera hati. Sesuai anjuran Nabi, memiliki agama yang bagus dan ada “sesuatu” yang insya Allah akan melanggengkan pernikahan. Saya rasa, pasangan yang demikian sudah cukup sempurna bagi kita. Semoga “sesuatu” itu membawa keberkahan yang berujung sampainya istri shalihah kepada kita. Kata Nabi, inilah sebaik-baik perhiasan dunia dan harta yang paling berharga.
Tatkala kita sudah yakin, semoga keyakinan yang kita genggam seturut dengan jalan Nabi dan mendapat taburan ridha Allah Yang Mahasuci.
Maka, tak ada lagi yang menghalangi kita untuk bersegera meminangnya dengan segenap puja-puji bagi Allah Yang Mahatinggi.
Pada saat kita menimbang untuk memilihnya, kita sadar ini bukanlah untuk hidup diri kita semata, melainkan juga untuk kedua ibu bapak, keluarga dan anak-anak kita kelak.
Kata Nabi, Istri shalihah adalah perhiasan paling indah. Saban hari, Istri shalihah akan menjadi puisi yang senantiasa menghiasi. Puisi itu tak terumuskan oleh bahasa dan tak terucapkan oleh kata apa saja. Yang jelas, puisi itu begitu indah. Serasa dibuai diayun-ayun. Dan bagi anak-anak kelak, Istri yang demikian akan menjadi madrasah utama bagi mereka. Kelembutannya akan menjernihkan hati anak-anak. Dan bukankah jika segumpal darah (hati) itu baik maka baiklah seluruh dirinya?
Saya sepenuhnya sadar bahwa mencari Istri yang shalihah itu seperti berburu mutiara di dasar laut. Nun di sana, di dalam cangkang itu istri shalihah senang berada dan menjaga diri. Dan untuk menemukannya, kita harus menyelam di kedalaman, tapi kita akan tahu seberharga apa dia ketika kita sudah mendapatkannya.
***
Sebuah pernikahan didahului oleh pilihan bebas yang penuh kesadaran dan tanggung jawab. Masa awal-awal pernikahan merupakan masa dimulainya perjuangan untuk memupuk rasa simpati dan menyuburkannya menjadi cinta.
Al-Quran menyebut cinta antara Suami-Istri dengan kata afdha. Maknanya, seperti keterbukaan angkasa raya. Dalam cinta yang demikian, tak ada lagi sikap yang penuh pura-pura. Suatu kali, mungkin kita akan mendatangi istri dengan setumpuk masalah dan kita tak sedikitpun ragu untuk mengeluhkan beban dan bahkan mungkin menangis di pangkuannya. Meski, ketika kita di luar rumah, kita tetap tegar dengan air muka yang selalu ceria. Suatu ketika, Nabi agung Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Bunda Khadijah radhiallahu ‘anha dalam keadaan gelisah dan ragu seusai mendapat wahyu pertama. Dengan kelembutannya, Bunda Khadijah ra menenangkan dan menguatkan hati Nabi.
Saya tercengang dengan kalimat Umar ibn Khattab ra. Katanya, seorang laki-laki akan menjadi anak-anak ketika ia hanya berdua bersama Istrinya.
Sebaliknya, Nabi juga memiliki sikap yang sangat hangat kepada setiap Istrinya. Saat itu Nabi bersama beberapa sahabat. Seorang utusan datang membawa nampan makanan. Ketika mengetahui nampan itu berasal dari Ummu Salamah ra, Aisyah ra langsung menampakkan kecemburuannya yang luar biasa. Nampan itu ia lempar sehingga pecah. Nabi tersenyum dan beliau hanya bilang sekedarnya saja pada para sahabatnya, “Ibu kalian sedang cemburu”. Ada teladan luar biasa dalam setiap jengkal hidup Nabi.
Suatu ketika, ada sahabat yang mengadu pada Umar ra perihal Istrinya yang marah-marah kepadanya. Sahabat itu mendapatkan jawaban Umar ra yang tak disangka. “Istriku juga marah kepadaku, tapi aku diam saja. Ia yang mengurus rumahku, mencuci pakaianku, memasak makanan untukku dan merawat anak-anakku. Ia berhak untuk marah kepadaku kalau aku juga tak menurut kepadanya.” Ada teladan yang tak biasa dalam setiap jengkal hidup para sahabat.
Setiap pasangan tentu selalu mendambakan lahirnya cinta sejati. Demikian juga kita, saya yakin pasti juga merindukannya. Bagi saya, teladan cinta sejati adalah cinta yang dimiliki dan disuguhkan oleh Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam pada Bunda Khadijah radhiallahu ‘anha. Bukan putri Cinderella dan pangerannya. Bukan pula Romeo dan Juliet. Atau kisah-kisah asmara dalam buku dan sandiwara-sandiwara picisan.
Tentu saja, cinta pasangan Nabi dan Ibu kaum mukminin itu terlalu sempurna buat kita. Barangkali jaraknya sejauh bumi dan langit. Tapi, setidaknya kita punya cermin utama bagaimana kelak kita harus mengambil sikap, melahirkan cinta itu dan kemudian merawatnya dengan hangat. Jika Allah menghendaki Nabi sebagai uswah hasanah manusia, maka teladan itu pasti bisa diraih. Sesulit dan sesusah apapun pasti bisa digapai. Dari sini perjuangan untuk melanggengkan pernikahan dimulai. Dari sini perjuangan untuk tetap setia pada mitsaqan ghalizha menjadi nyata. Dari sini, semoga doa Nabi untuk mempelai bisa terwujud, ada ketenangan, cinta kasih dan rahmah. Ada sakinah, ada mawaddah, dan ada rahmah.
Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, memantaskan kita untuk dikejutkan dengan hadiah dari langit, pasangan yang shalih dan shalihah. Amin.

Selasa, 03 Januari 2012

Akhlak Sebagai Benteng Keutuhan Rumah Tangga

 
 
Bagaimana cara menjadi muslim yang terbaik? Mungkin orang akan menyuguhkan kriteria ubudiyah yang tinggi: Sholat malam tak pernah putus, puasa senin kamis tak pernah tertinggal, minimal sekali dalam sebulan harus khatam Al-Qur’an, dsb. Tapi kenyataannya Rasulullah tidak selalu mengajukan kriteria seperti itu. Kadang Rasulullah mengajukan kriteria: “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan." (HR Muslim) Dan pernah juga Rasulullah menyebut kriteria lain: "Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik akhlaknya kepada istrinya". (HR Tirmidzi) Ternyata bagi seorang suami, media untuk menjadi muslim yang terbaik itu sangat dekat: pada "tulang rusuknya". Keberhasilan menjadi muslim yang terbaik berbanding lurus dengan akhlak kepada istri. Semakin baik akhlak seorang suami kepada istri, semakin baik ia di mata Allah swt.
Hikmah kriteria ini adalah akan terbentuknya keluarga yang utuh dan harmonis dalam naungan ridho Allah swt. Ketika seorang suami berusaha menjadi yang terbaik dengan cara menyempurnakan akhlaknya kepada istri, diharapkan akan ada respon yang baik dari istri yaitu pelayanan yang sempurna kepada suami. Dan ini akan menambah rasa kasih sayang di antara mereka. Anak-anak pun akan mendapat ketauladanan yang indah dari akhlak ayahnya. Di samping itu, hubungan orang tua yang mesra sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter seorang anak. Anak yang besar dalam keluarga yang utuh jelas punya peluang untuk mendapat didikan yang lebih baik daripada anak yang besar dalam keluarga yang broken home.
Kalau mau ditarik lebih jauh hikmah dari kriteria ini, akan berdampak pada masyarakat, negara, dan dunia. Karena kumpulan keluarga yang muslim akan membentuk masyarakat yang damai. Masyarakat yang damai akan membentuk negara yang sejahtera. Dan seterusnya. Semua itu berpangkal pada akhlak seorang suami sebagai pribadi muslim. Itulah hikmah kriteria "akhlak kepada istri", dampaknya bisa luar biasa.
*****
Bagaimana menjaga keutuhan keluarga? Biasanya akan dijawab: dengan cinta. Memang banyak pasangan yang sudah punya modal cinta saat membangun rumah tangganya, tapi kenyataannya tetap banyak terjadi perceraian dan perselingkuhan. Cinta sudah selayaknya ada dalam rumah tangga, tapi kalau anda sudah menikah, rasanya anda akan sepakat bahwa akhlak lah yang menopang keutuhan rumah tangga.
Saya menemukan artikel yang menyebutkan bahwa hormon cinta hanya bertahan selama 4 tahun. Penelitian tentang itu diungkapkan oleh para peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico. Bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu sudah habis.
Sependek itu. Tapi saya yakin, durasi bertahannya rasa cinta akan berbeda pada tiap orang. Yang jelas, cinta itu bisa hilang!!!
Karena itu akan sangat riskan apabila rumah tangga hanya didasari oleh rasa cinta. Karena saat cinta itu hilang, maka ambruk lah bangunan rumah tangga itu. Bahkan walau pun masih ada cinta di antara pasangan suami istri, namun kalau dalam keseharian mereka tidak mampu saling menunjukkan akhlak yang baik dalam hubungannya, maka rumah tangga itu tetap terancam rubuh. Bahkan akhlak yang buruk itu mempercepat musnahnya cinta.
Kasih sayang bisa bersemi di atas akhlak yang kokoh. Bila suami memperlakukan istri dengan baik, dan istri membalas dengan pelayanan yang menyenangkan, maka saat itu lah do’a seorang pria yang minta dikaruniai istri dan anak-anak yang menjadi ‘cahaya mata’ (qurrota a’yun) terwujud.
Akhlak adalah benteng keutuhan rumah tangga.
****
Akhlak itu harus dimiliki oleh kedua pasangan, bukan hanya suami saja. Akhlak seorang istri kepada suami adalah saat ia menaati suaminya. Dan itu menjadi kewajiban yang tak boleh disepelekan. "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang baik, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari isterinya. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana." (Al-Baqarah: 228).
Rasulullah bersabda, "Seandainya aku suruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku suruh seorang istri sujud kepada suaminya." (HR Abu Daud, Al-Hakim)
Bahkan penyebab wanita banyak menjadi penghuni neraka adalah karena akhlaknya yang buruk kepada suami. Seperti yang dikabarkan oleh Rasulullah saw: "Suatu ketika Rasulullah keluar pada hari raya Idul Adha atau Idul Fitri menuju tempat shalat dan melalui sekelompok wanita. Beliau saw bersabda,’Wahai kaum wanita bersedekahlah sesungguhnya aku telah diperlihatkan bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka.’ Mereka bertanya,’Mengapa wahai Rasulullah?’ Beliau saw menjawab,’Kalian banyak melaknat dan maksiat terhadap suami’". (HR Bukhori)
Perkara yang mungkin sepele: mengabaikan kebaikan suami, bisa berakibat sangat fatal. Dalam suatu sabda Rasulullah saw: “…dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Para shahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian)?” Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.” Kemudian mereka bertanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab:“Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Berterima kasih atas kelebihan pasangan, dan sabar atas kekurangannya. Itu merupakan kunci akhlak dalam rumah tangga. "Tahu berterima kasih" bukan cuma diharuskan untuk istri, bahkan sikap itu harus dimunculkan oleh suami manakala terbersit ketidak-puasan terhadap istrinya. Allah berfirman, "…Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS An-Nisa : 19) Begitulah tips yang diberikan oleh Allah kepada suami untuk mempertahankan rumah tangganya: bersabar dan memperhatikan kebaikan yang dimiliki oleh pasangan.
*****
Salah satu akhlak seorang suami yang mengokohkan rumah tangganya adalah ekspresi yang tidak terus terang saat menemukan kekurangan istri. Ia menyembunyikan kekecewaannya sehingga bisa menjaga perasaan istrinya. Seperi saat merasakan ada yang kurang dari masakan istrinya, seorang suami bisa menunjukkan akhlak yang baik saat ia malah memuji masakan itu.
Berdusta dalam rumah tangga - selama dalam kerangka kebaikan - diperbolehkan. Ummu Kultsum rha. berkata, ""Aku tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan keringanan (rukhshah pada apa yang diucapkan oleh manusia (berdusta) kecuali dalam tiga perkara, yakni: perang, mendamaikan perseteruan/perselisihan di antara manusia, dan ucapan suami kepada istrinya, atau sebaliknya." (HR Muslim)
Ada cerita yang penuh hikmah tentang suami yang berekspresi normal saat melihat ketidak-sempurnaan istrinya, yang diceritakan oleh ustadz Anis Matta dalam bukunya ”Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga”.
Abdurrahman Ibn Al-Jauzy menceritakan dalam Shaed Al-Khathir kisah berikut ini: Abu Utsman Al-Naisaburi ditanya: ”amal apakah yang pernah anda lakukan dan paling anda harapkan pahalanya?”
Beliau menjawab, ”sejak usia muda keluargaku selalu berupaya mengawinkan aku. Tapi aku selalu menolak. Lalu suatu ketika, datanglah seorang wanita padaku dan berkata, ”Wahai Abu Utsman, sungguh aku mencintaimu. Aku memohon—atas nama Allah—agar sudilah kiranya engkau mengawiniku.” Maka akupun menemui orangtuanya, yang ternyata miskin dan melamarnya. Betapa gembiranya ia ketika aku mengawini puterinya.
Tapi, ketika wanita itu datang menemuiku—setelah akad, barulah aku tahu kalau ternyata matanya juling, wajahnya sangat jelek dan buruk. Tapi ketulusan cintanya padaku telah mencegahku keluar dari kamar. Aku pun terus duduk dan menyambutnya tanpa sedikit pun mengekspresikan rasa benci dan marah. Semua demi menjaga perasaannya. Walaupun aku bagai berada di atas panggang api kemarahan dan kebencian.
Begitulah kulalui 15 tahun dari hidupku bersamanya hingga akhir ia wafat. Maka tiada amal yang paling kuharapkan pahalanya di akhirat, selain dari masa-masa 15 tahun dari kesabaran dan kesetiaanku menjaga perasaannya, dan ketulusan cintanya.
*****
Berkata ulama salaf: "Seorang suami yang sholih, bila dia mencintaimu maka bersyukurlah kepada Allah. Bila dia tidak menyukaimu, maka dia pasti tidak akan menzholimimu." (Seperti dikutip dari tulisan ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi di milis nashihah)

Senin, 02 Januari 2012

Rahsia 13 Di Dalam Solat



1. Niat Sembahyang..
memeliharakan taubat kita dari dunia dan akhirat.

2. Berdiri Betu/tegak
Fadilatnya,ketika mati dapat meluaskan tempat kita di dalam kubur.

3. Takbiratul Ihram
Fadilatnya, sebagai pelita yang menerangi kita di dalam kubur.

4. Surah Al-Fatihah
Sebagai pakaian yang indah-indah di dalam kubur.

5. Ruku’
Sebagai tikar kita di dalam kubur.

6. I’tidal
Akan memberi minuman air dari telaga al-kautsar ketika di dalam kubur.

7. Sujud
Memagar kita ketika menyeberangi titian SIRATUL-MUSTAQIM.

8. Duduk antara 2 Sujud
Akan menaung panji-panji nabi kita di dalam kubur.

9. Duduk antara 2 Sujud (akhir)
Menjadi kenderaan ketika kita di padang Mahsyar.

10.Tahhiyat Akhir
Sebagai penjawab bagi soalan yang dikemukakan oleh Munkar & Nankir di dalam kubur.

11.Selawat Nabi
Sebagai pendinding api neraka di dalam kubur.

12.Salam
Memelihara kita di dalam kubur.

13.Tertib
Pertemuan kita dengan Allah S.W.T.

Happy New Year 2012

Bagi Umat Islam, sejenak merenungi diri untuk mengubah kondisi kearah yang lebih baik adalah misi suci tiada henti. Disini, di bumi ini, tugas kita adalah pesan suci langit kepada manusi. Menyampaikan keluhuran, kesucian, dan kedamaian hingga terasa nyata oleh seluruhalam semesta. Itulah mengapa Islam memegang teguh prinsip "rahmatan lil alamin". Transformasi diri dalam perspektif Islam tidak hanya di lakukan pada saat-saat tertentu, tetapi sepanjang hayat di kandung badan. Dalam bahasa lain, seumur hidup, perubahan ke arah yang lebih baik harus memenuhi visi dan misi hidupnya. Tujuan akhir (ultimate goal) Umat Islam adlah terus bekerja keras, demi menggapai kasih sayang (al-ridha) Allah, pencipta kehidupan ini.

Begitu juga ketika DIA (Allah) menciptakan waktu. Itu adalah wujud dari kasih sayang-Nya kepada umat manusia. Dengan perputaran waktu, setiap manusia yang sadar mampu menghargai pemberian-Nya. Salah satunya keberkahan usia. Tahun kemarin, tanggal di kalender adalah tanggal yang berada di tahun 1432 H. Sekarang, tahun itu berubah menjadi 1433H. Begitu pun dengan tahun masehi, sekarang berganti tahun menjadi 2012. Lantas, Sudahkah kita bertafakur?

Tafakur , adalah istilah arab untuk menyebutkan aktivitas berpikir. Di dalamnya, ujar pakar linguistik, ada upaya reflektif,kontemplasi yang hati-hati dan sistematik. Tafakur juga bisa dapat menjembatani pandangan hidup manusia, bahwa ada yang di sebut dunia dan akhirat, bahkan ada mahluk dan pencipta. Tafakur di sebutkan Al-qur'an sebanyak 18 kali yang di gunakan sebagai "kata kerja" ketimbang "kata benda". Artinya, menunjukan bahwa tafakurmerupakan suatu proses, bukan hanya konsepsi abstrak.
Jamal bahi dan Mustapha Tajdin, dalam buku Islamic creative Thinking (Mizania, 2008: 17-20), menurut istilah lain dari tafakur.
1) Nazhar , yakni memperhitungkan, memerhatikan, dan memikirkan;
2) Tabashshur , yang berartimemahami;
3) Tadabbur , yaitu merenungkan;
4) Tafaqquh , berarti memahami sepenuhnya, menangkap makna, dan sungguh-sungguh mengerti;
5) Tadzakur , ialah mencamkan dalam pikiran atau hati;
6) I'tibar , di artikan belajar, mengambil atu memetik pelajaran dari sejarah, pengalaman, dengan maksud agar tidak mengulangi kesalahan;
7) Ta'akul , adalah menggunakan pikiran dengan benar;
8) Tawassun , merupakan aktivitas membaca tanda-tanda tersirat.

Detik-detik Pergantian tahun ini adalah awal yang baik untuk bertafakur tentang kondisi bangsa, negara, agama, dan laku lampah pribadi kita. Orang yang dapat membaca dan menangkap tanda-tanda yang di berikan-Nya, adalah individu yang dapat mengubah dirinya kearah yang lebih baik. Tentunya dengan memanfaatkan potensi akal dan hati yang di anugerahkan-Nya kepada seluruh umat manusia. Kesejatian muslim dan muslimah akan terwujud seandainya kita mengetahui segala kesalahan di masa lalu, dan berupaya mengubahnya menjadi lebih baik. Dalam hal ini, Tafakur bisa berarti upaya intelektual untuk mengubah diri, masyarakat, bahkan Dunia. Tetapi, jangan melupakan bahwa di samping bertafakur, kita juga mesti memanjatkan do'a kepada-Nya.

"Wahai abu Ishak, Allah berfirman dalam Alqur'an agar kami berdo'a. Kami sudah bertahun-tahun berdo'a, tapi kenapa tidak di kabulkan?" tanyamereka.
Ibrahim bin Adham menjawab, "wahai penduduk Basrah, hati kalian mati dalam beberapa perkara, bagaimana mungkin do'a kalian akan di kabulkan. Kalian mengakui kekuasaan Allah,tapi tidak memenuhi hah-hak-Nya. Membaca Alqur'an, tapi tidak mengamalkannya. Mengakui cinta keada Rasul, tapi meninggalkan sunahnya. Membaca taawudz, berlindung kepada Allah dari setan yang di sebut musuh, tetapi setiap hari memberi makan setan dan mengikuti langkahnya". Terakhir, ia mengatakan, "Wahai penduduk Basrah, ingatlah sabda Nabi. Berdo'alah kepada Allah, tetapi kalian harus yakin akan di kabulkan. Hanya saja kalian harus tau bahwa Allah tidak berkenan mengabulkan do'a dari hati yang lalai dan main-main".

YUK KITA BENAHI DIRI MNUJU RIDHO ILAHI ROBB YG MAHA TINGGI
SELAMAT BERINSTROSPEXI ^_^