Rabu, 23 November 2011

JADILAH SURGA DITAMAN HATIKU

Duhai Zauji, Jadilah Surga di taman hatiku…

"Wahai  Robb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami  sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi  orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Furqoon:74)

”…DAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN LEBIH MENCINTAI ALLAH TA’ALA… “

(QS. AL-BAQARAH :165)



Duhai Zauji, Jadilah Surga di Taman Hatiku

(Kupersembahkan untuk (calon) ZAUJI yang berjiwa hanif)

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh,



Duhai Zauji..

Kupersembahkan  sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang selalu kubaca disetiap kartu undangan  yang selalu melayangkan pikiranku akhir-akhir ini. Hingga detik ini, aku  senantiasa bertanya kapan namaku tercantum pada sebuah kartu undangan  pernikahan? Siapa pula nama yang mengiringi namaku pada kartu undangan  tersebut dalam rangka mitsaqon-gholizho (perjanjian yang sangat berat)  itu?



Yaa Zauji, ketahuilah… ayat itu adalah : ”Dan  diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan  pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan  merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan  sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda  (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21)



Tiada  kata yang dapat kuucapkan atas karunia Allah Ta’ala hingga pada waktu  yang tepat nanti aku akan menikah dengan orang pilihan Allah Ta’ala yang  telah ditetapkan-Nya dalam kitab Lauh Mahfudz, kecuali syukur  alhamdulillah untuk-Nya. Nikmat dan anugerah ini sungguh begitu agung.



Sesungguhnya,  sudah aku jalani ”proses” dengan laki-laki lain, tapi ternyata Allah  takdirkan engkau masih tersembunyi dibalik kuasa-Nya. Menanti dengan  ikhtiar dan doa yang penuh kesabaran tuk menghadirkanmu dalam hidupku  merupakan anugerah dalam hidupku diantara anugerah-anugerah lain yang  Allah Ta’ala berikan kepadaku. Diberi-Nya aku kesempatan untuk lebih  memperbaiki diri sebagai Muslimah hingga aku layak untuk kau jemput  kelak sebagai bidadarimu. Karena Allah Ta’ala berjanji :



”Perempuan-perempuan  yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk  perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang  baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk  wanita-wanita yang baik (pula)….” (QS. An-Nur :26)



Walloohi,  aku mensyukuri hal itu karena aku yakin dengan selalu bersyukur Allah  Ta’ala akan menambah kenikmatan yang telah Dia berikan, sebagaimana  janji-Nya: ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan  menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),  maka pasti azab-Ku sangat berat” (QS. Ibrohim : 7)



Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..



Sebagaimana  disepakati oleh al-Bukhari muslim telah diriwayatkan, dimana Rasulullah  Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda : “Sungguh menakjubkan keadaan  orang mukmin itu. Allah tidak menetapkan suatu keputusan baginya  melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan,  maka ia akan bersabar, dan yang demikian itu lebih baik baginya. Jika  mendapatkan kesenangan, maka dia akan bersyukur, maka yang demikian itu  adalah baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seorang  pun kecuali orang mukmin.” (HR. Muslim no.2999. Dari Shuhain  rodhiyalloohu’anhu)



Yaa Zauji..



Apakah yang  saat ini sedang engkau lakukan? Semogalah engkau adalah seorang ikhwan  (laki-laki) yang sedang bersemangat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala  dengan bertaubat dari dosa-dosamu. Kembali kepada fitrahmu sebagai  manusia yang bejiwa hanif, memperbaiki diri detik demi detik sebagai  bekal meninggalkan kampung penuh penipuan dan bersiap-siap menuju  kampung kekekalan.



Hingga pada saat kita dipertemukan  oleh-Nya (Nazhor) di tempat dan waktu yang tepat, engkau tidak lagi  mempermasalahkan fisik, harta, suku, latar belakang dan kondisiku.  Sifatmu yang jujur, sederhana dan bijaksana-lah yang akhirnya menjadi  sebab utamaku dalam memilihmu sebagai pendamping hidupku.



Dari  segi fisik, mungkin orang mengatakan aku tak serasi untukmu. Dari segi  suku dan keturunan, mungkin orang mengatakan aku tak sekufu denganmu.  Dari segi latar belakang dan materi, akupun mungkin tak sebanding dengan  apa yang ada pada dirimu. Akan tetapi kelak, semua dapat kau maklumi  karena niat baikmu dalam menggapai rumah tangga yang kau inginkan. Kau  dasari alasan memilihku dengan pertimbangan agamaku dan agama yang ada  padamu (manhaj yang haq, insya Allah). Hingga aku yakin dengan sabda  Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam :

”Perempuan dinikahi  karena empat hal : karena hartanya, kedudukannya, nasabnya,  kecantikannya dan agamanya, namun kedepankan (pertimbangkan) agamanya  niscaya engkau akan beruntung” (HR. Bukhari & Muslim).



Dengan sebab itulah, engkau berniat dan bertekad bulat untuk meminangku dengan hamdalah.

Sebagaimana  kisah Bilal bin Rabah rodhiyalloohu’anhu, muadzin kecintaan Rasulullah  Shallallahu’alaihi wa Sallam, tentang meminang. Ketika ia bersama Abu  Ruwaihah menghadap Kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan :

“Saya ini  Bilal, dan ini saudaraku. Kami datang untuk meminang. Dahulu kami  berada dalam kesesatan kemudian Alloh memberi petunjuk. Dahulu kami  budak-budak belian, kemudian Allah memerdekakan…”, kata Bilal.



Kemudian  ia melanjutkan,” Jika pinangan kami anda terima, kami panjatkan ucapan  Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Dan kalau anda menolak, maka kami  mengucapkan



Allahu akbar. Allah Maha Besar.”



Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..



Yaa Zauji…



Pada  saatnya nanti, jika Allah Ta’ala sudah berkehendak untuk mempersatukan  hati kita, maka tak lagi kupermasalahkan maharmu yang dengan penuh  kerelaan kau berikan kepadaku. Tidak kita hiraukan lagi bujuk rayu setan  akan materi. Hingga engkau dapat memenuhi perintah Allah Ta’ala yang  berfirman :

 ”Dan berikanlah mahar (mas kawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan” (QS. An-Nisaa : 4)



Niat  suci kita untuk menuju pernikahan yang barokah meluluh lantahkan hatiku  untuk menerima mahar darimu apa adanya, bahkan aku akan mempermudah  engkau dalam masalah ini, hingga aku yakin bahwa insyaAllah aku bisa  menjadi orang yang tersebut dalam sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa  Sallam :

 ”Wanita yang paling banyak mendapatkan berkah adalah  yang paling ringan maharnya” (HR. Ahmad 145/6,25162, Hakim dan Ibnu  Hibban dari Aisyah Rodhiyalloohu’anha)



Dan akhirnya kita  berdua makin yakin, bahwa pernikahan kita akan sesuai syari’at,  sebagaimana Uqbah bin Amir rodhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah  Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :

 “Sebaik-baik pernikahan  ialah yang paling mudah”(HR Abu Dawud (no.2117), Ibnu Hibban (no.1262-al  Mawaarid) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath (I/221, no.724)



Dalam  membicarakan walimah, engkau serta merta menyetujui usulanku bahwa  walimah kita harus Islami. Tidak ada kemungkaran-kemungkaran dalam  resepsi seperti tukar cincin, upacara adat, kepercayaan kepada hari baik  dan sial dalam menentukan waktu pernikahan, lepas jilbab atau  meminimalisir jilbab dengan mencekik leher dan memamerkan lekuk liuk  tubuh, mencukur jenggot, mencukur alis mata, meninggalkan sholat wajib,  ikhtilat, musik, nyanyian, mengundang biduanita dan  kemungkaran-kemungkaran lainnya.



Karena kita sama-sama  tahu bahwa pernikahan adalah gerbang kehidupan rumah tangga yang kita  idamkan bersama. Jadi mana mungkin kau tega mengotorinya dengan  kemungkaran MESKIPUN HANYA SATU HARI.

Memang benar, kita bagai  raja dan permaisuri dalam sehari, tapi sungguh! Jangan sampai berlumuran  dosa dihari nan indah itu untuk kemudian menjadi sebab sengsara  sepanjang masa. Jangan sampai kita menabung dosa di awal kehidupan rumah  tangga, untuk kemudian menuai akibatnya kelak diakhirat. Wal’iyadzu  Billah.



Terkemudian, HALAL-lah kita untuk saling mencintai  karena Allah Ta’ala. Seketika, penantian kita yang lama itu, akan  membebaskan syahwat2 yang selama ini kita pendam, bersamaan dengan  meleburnya dosa-dosa kita lewat genggaman jari jemari kita. Saat itulah  akan timbul cinta yang berkobar-kobar diantara kita. Detik demi detik,  kita akan semakin mengenal satu sama lain, cinta makin subur ditaman  hati masing-masing sebagaimana istilah pacaran pasca pernikahan yang  sering kubaca dan kudengar selama ini. Pujian demi pujian yang  mengekalkan cinta kita mulai bersemi indah.



Namun yaa Zauji…



Aku  tahu, bahwa engkau tidak akan membiarkan kita melampaui batas sebagai  manusia untuk menikmati cinta itu. Karena kita tahu, ada Allah Ta’ala  diantara kita. Dan kita tahu, bahwa tidak ada seseorangpun yang lebih  cemburu selain Allah Ta’ala dan tidak ada seseorang yang lebih mencintai  pujian selain dari Allah Ta’ala. Karena itulah Dia memuji diri-Nya. Dan  tidak ada seseorang yang lebih mencintai alasan selain dari Allah  Ta’ala.



Semoga kelak, cinta kita tidak menyamai dan  melebihi dari kecintaan kita kepada Allah Ta’ala yang dapat mengurangi  keimanan kita, sebagaimana rasa takut kita akan firman-Nya :



”Katakanlah  jika bapak-bapak kalian, anak2 kalian, saudara2 kalian, ISTRI-ISTRI  kalian, keluarga kalian, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan  yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang  kamu sukai adalah LEBIH kamu CINTAI daripada ALLAH dan Rasul-Nya dan  dari berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan  keputusannya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”  (QS. At-Taubah : 24)



Dan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam :

”Tidaklah  salah seorang dari kalian beriman sampai aku lebih kalian cintai dari  anaknya dan kedua orang tuanya dan seluruh manusia”(diriwayatkan oleh  Bukhari no.10 dan Muslim no.44)



Karenanya yaa Zauji..

Kelak,  malam-malam yang indah itu akan engkau hiasi dengan membangunkanku  disepertiga malam terakhir dengan lembut dengan atau tanpa percikan air  diwajahku. Kau ajak aku sholat malam bersamamu dengan alunan ayat-ayat  suci Al-Qur’an yang memporak-porandakan taman hatiku, meluluh lantakkan  jiwaku dan menghanyutkan aku akan kecintaanku pada Allah Ta’ala. Aku  ingin sekali mengamalkan sunnah Rasululloh Shallallahu’alaihi wa Sallam  bersamamu, yaitu :

”Allah merahmati laki-laki yang bangun diwaktu  malam dan sholat kemudian membangunkan istrinya (sholat pula), jika  istrinya menolak ia percikkan air kewajahnya. Dan Allah juga merahmati  seorang wanita yang bangun malam kemudian sholat dan membangunkan  suaminya (sholat pula), jika ia menolak, ia percikkan air kewajahnya.”  (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim.)



Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..



Yaa Zauji..

Kuharap  engkau adalah laki-laki penyabar dan dapat menghadapi kondisi  emosionalku sebagai istri. Saat aku marah, saat aku salah, engkau  meluruskanku dengan cara yang sangat baik dan lembut. Karena kutahu,  engkau senantiasa ingin beribadah dengan ikhlas dan ittiba’ (mengikuti)  Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam yang bersabda :

“Barangsiapa  yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti  tetangganya. Berwasiatlah kepada wanita yang baik. Sebab, mereka  diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah  bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya.  Dan jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok. Oleh karena itu,  berwasiatlah kepada wanita dengan baik.” (Hadist shohih : Diriwayatkan  oleh al-Bukhari (no.5185-5186) dan Muslim (no.1468 (62)), dari Abu  Hurairoh rodhiyalloohu’anhu)



Dalam riwayat Tirmidzi, Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :

“Orang  mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik  akhlaknya. Dan orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang  paling baik terhadap kaum wanitanya (istri, saudara wanita atau  anak-anak wanita”



Allah Ta’ala berfirman :

“…Dan  bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak  menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak  menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya”  (QS. An-Nisaa’:19)



Dan saat engkau marah,  sementara aku ikut terbawa emosi, maka engkau mengajakku untuk  berlindung kepada Allah Ta’ala, berwudhu, dan sholat dua rokaat. Apabila  kita sedang berdiri, maka kita duduk, apabila kita sedang duduk, maka  kita berbaring, atau salah satu dari kita akan mencium, merangkul dan  menyatakan alasan kita. Apabila salah satu diantara kita berbuat salah,  maka kita akan saling memaafkan karena mengharapkan wajah Allah Ta’ala  semata.(Fiqhut Ta’amul bainaz Zaujani)



Lantas kita  mengunci rapat-rapat setiap pintu perselisihan dan tidak menceritakannya  kepada orang lain. Saling instropeksi, menyadari kesalahan  masing-masing dan saling memaafkan serta memohon kepada Allah Ta’ala  agar senantiasa disatukan-Nya hati kita, dimudahkan urusan dalam  KETAATAN KEPADA-NYA, dan diberikan kedamaian dalam rumah tangga kita.



Betapa indahnya menjadi bunga ditaman hatimu yaa Zaujii…



Yaa Zauji…

Aku  tahu bahwasanya aku memiliki hak yang seimbang dengan kewajibanku  menurut cara yang ma’ruf, kecuali satu perkara yang diungkapkan oleh  Allah Ta’ala : ”akan tetapi para suami memiliki satu tingkat lebih tinggi dari isterinya” (QS. Al-Baqoroh :228)

Karenanya  yaa Zauji, aku teringat dengan Ibnu Abbas rodhiyalloohu’anhuma  :”Sesungguhnya aku berhias diri untuk isteriku sebagaimana ia menghias  diri untukku” (Tafsir Ibnu Jarir ath-Thahari (II/453))

Dan  Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :”Ketahuilah bahwa  sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri-isteri kalian dan  isteri-isteri kalian juga memiliki hak atas kalian” (Hasan, HR  At-Tirmidzi (no.1173) dan Ibnu Majah (no.1851))



Dan  sebagai pemimpin rumah tangga, engkau akan senantiasa berusaha untuk  memenuhi hak-hakku sebagai istrimu tanpa melihat apakah hak-ku sudah  terpenuhi atau belum, karena kutahu, engkau sangat menginginkan  kelanggengan cinta dan kasih sayang diantara kita, sebagaimana engkau  juga akan selalu berusaha untuk tidak memberikan kesempatan sedikit pun  bagi syaithan yang selalu ingin memisahkan kita berdua.



Engkau memberiku makan apabila engkau makan,

Engkau memberiku pakaian apabila engkau berpakaian,

Engkau tidak akan memukul wajahku,

Engkau tidak akan menjelek-jelekkan diriku, dan

Engkau tidak akan meninggalkanku melainkan didalam rumah (yakni tidak berpisah tempat tidur melainkan didalam rumah)



Aku  yakin bahwa meskipun engkau hidup pas-pasan, engkau akan tetap  memberiku nafkah menurut kemampuanmu. Allah Ta’ala berfirman : ”..Dan  orang-orang yang terbatas rizkinya, hendaklah memberi nafkah dari harta  yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang  melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah  kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (QS. Ath-Tholaq :  7)



Dengan keimanan dan ketaqwaanmu, engkau tidak  pernah berputus asa dalam mencari rizki. Berikhtiar dan bertawakkal  (menggantungkan harapan) hanya kepada Allah Ta’ala, sebagaimana perintah  Rasulullah Shollallahu’alaihi wa Sallam :

”seandainya kalian  bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka sungguh kalian  akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan kepada  burung. Pagi hari burung itu keluar dalam keadaan kosong perutnya, lalu  pulang disore hari dalam keadaan kenyang.” (Shahih, HR at-Tirmidzi  (no.2344), HR Ahmad (I/30), Ibnu Majah (no.4164). Dari Umar bin  al-Khaththab rodhiyalloohu’anhu)



Dengan "wara"-mu, engkau  senantiasa memperhatikan rizki-rizki yang halal dan thoyyibah, untuk  diberikan kepadaku dan anak2 kita kelak. Bukan dengan cara-cara yang  tercela dan dilarang oleh syari’at Islam yang mulia. Karena sesungguhnya  Allah Ta’ala tidak akan menerima dari sesuatu yang haram.

Semoga  Allah memberikan ganjaran atas nafkah yang engkau berikan kepada  keluarga yang kau cintai, sebagaimana sabda Rasulullah  Shallallahu’alaihi wa sallam : ”..Dan sesungguhnya, tidaklah engkau  menafkahkan sesuatu dengan niat untuk mencari wajah Allah, melainkan  engkau diberi pahala dengannya sampai apa yang engkau berikan kemulut  istrimu akan mendapat ganjaran.” (Shahih, HR Al-Bukhari (no.1295( dan  Muslim (no.1628), dari Sa’ad bin Abi Waqqosh rodhiyalloohu’anhu.



Yaa Zauji,

Aku  memilihmu karena agama yang ada pada dirimu. Aku memilihmu karena aku  tahu bahwa engkau akan senantiasa menjagaku dan anak-anakku kelak dari  api Neraka. Kau ajarkan aku untuk taat dan bertakwa kepada Allah ’Azza  wa Jalla dan mentauhidkan-Nya serta menjauhkan syirik, mengajarkan  kepadaku tentang syari’at Islam, dan tentang adab-adabnya.

Sungguh, betapa engkau telah membawaku teringat dan bergetar saat engkau menasehatiku sambil membawakan firman Allah Ta’ala :

“Wahai  orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api  Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya  Malaikat-Malaikat yang kasar dank eras, yang tidak durhaka kepada Allah  terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka selalu  mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6)

Karenanya,  engkau senantiasa mengajarkan aku dan anak2 kita kelak mengenai Dienul  Islam, mengajarkan kebaikan dan adab-adab Islam. Mengajak untuk  senantiasa mendatangi majelis-majelis ilmu yang mengajarkan Islam  berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih,  mendengarkan apa yang disampaikan, memahami dan mengamalkannya dalam  kehidupan sehari-hari.

Hingga cita-citaku dan keinginanku tuk  menjadi BUNGA DITAMAN HATIMU sebagaimana Khodijah Radhiyallahu’anha  menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam sepanjang hidupnya  dapat aku amalkan perlahan-lahan dengan bimbinganmu.

Wallahi… Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..



Yaa Zauji…

Kelak  akan engkau ajarkan pula aku untuk senantiasa berbakti kepada Orang Tua  kita untuk menggapai ridho Allah Ta’ala. Birrul walidain (berbakti  kepada orang tua) yang merupakan salah satu masalah penting dalam Islam.  Karena dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid,  Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua  kita, sebagaimana perintah-Nya :

“Dan Robb-mu telah  memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan  hendaklah berbuat baik kepada IBU-BAPAK. Jika salah seorang diantara  keduanya atau kedua-duanya sampai BERUSIA LANJUT dalam PEMELIHARAANMU,  maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan  ”ah”  dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada  keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya  dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Ya Robb-ku, sayangilah  keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil”  (QS. Al-Isroo : 23-24)



Yaa Zauji,

Betapa  aku akan sangat taat kepadamu dengan segala ketaatan dan ketakwaanmu  kepada Allah Ta’ala dan ketaatanmu kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi  wa Sallam. Hingga andaikata Allah Ta’ala tidak melarangku untuk bersujud  kepada selain-Nya, maka engkaulah tempatku untuk bersujud memohon  Surga…

”Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada  seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada  suaminya.” (Hasan Shahih, HR at-Tirmidzi (no.1159), Ibnu Hibban  (no.1291) dan Al-Baihaqi (VII/291) dari Abu Hurairah rodhiyalloohu’anhu)



Yaa Zauji..

Temanilah  diriku sampai matiku nanti, layaknya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa  Sallam menemani ummul mukminin Khadijah Radhiyallahu’anha. Dampingi aku  dalam melaksanakan amanah rumah tanggaku. Sesungguhnya, sebagai kepala  keluarga engkau akan ditanya dihadapan Allah Azza wa Jalla tentang  pertanggungjawabanmu atas diriku sebagai istrimu. Juga anak-anak dan  rumah tangga sebagai beban pundakmu. Mari kita pikul dengan bahu  kesetiaan, genggaman kuat ketakwaan kita dan kucur keringat amal ibadah  kita.



Yaa Zauji, aku yakin dan optimis bahwa kita pasti mampu, insyaAlloh…



Yaa Zauji..

Sungguh  begitu indah memilikimu dalam mitsaqon gholizho ini kelak… maka  bagaimana aku tidak akan memperhatikanmu, sementara engkau adalah surga  dan nerakaku, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam :  “Perhatikanlah sikapmu terhadapnya (suami), karena ia bisa menjadi  surgamu dan nerakamu”

(HR. Ibnu Saad, Ath-Thabrani, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al Jami’us Shoghir (1590))



Yaa Zaujii…. Karenanya…

”JADILAH SURGA DITAMAN HATIKU…”

Semoga  Allah Ta’ala segera mempertemukan kita dan senantiasa mempermudah  urusan kita dalam mitsaqon-gholizho (perjanjian yang sangat berat)  kelak. Amin



Wassalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar