Senin, 22 Agustus 2011

Ikhwan Narziez

ah… ini judul kok begitu…hmmmm. ga tau. sama nggak Narsis=Narziez? (di sini disamakan aja, biar tambah kuerenzzz). Narziez? bahasa mana itu. sebetulnya aku ga terlalu faham makna kata Narziez itu  :D    hanya, sudah menjadi konsumsi publik, bahasa yang terkesan aneh jadi enak aja. mirip seperti kata Gokil, Mboh ah. kuwi boso ngendi.., mungkin awalnya itu bahasa luar angkasa, diolah dengan suhu terjaga,  trus di racik dengan bumbu penyedap cap “gauls” jadilah makanan public  :P     judul yang tertera tepatnya juga begini “Ikhwan (akhwat juga) Narziez”
mendengar kata Narziez imaji kita akan melayang (emang punya sayap), kepada sosok yang suka nampang, suka difoto, atau memfoto diri sendiri, pamer tampang dan body (duileee…). mirip Ade Ray aja…  tetapi jika narziez ini disematkan kepada kalangan Jenggoter yang lebih umum disebut Ikhwan. maka  jadilah sebutan Ikhwan Narziez.
Ikhwan Narsies (bakwan sosis kalie)..  tidak sedikit kita jumpai di acara-acara. dengan dalih sebagai dokumentasi, tidak lupa sebagai ajang nampang.. mumpung aja. ada tempat menyalurkan bakat nampang. mau ikut audisi  Cover Boy majalah “GHauLS” atau sejenisnya, nanti jadi salah kaprah, gengsi donk. mosok ikhwan ikut kaya’ gituan. Hancur reputasinya.
jika hanya sebatas dokumentasi dan dijadikan acuan atau rujukan akan kegiatan serupa di lain waktu, atau “dikomsumsi” sendiri di rumah (bareng istri  :D biar ketawa cekikian bareng) dengan syarat sudah punya istri jangan istri orang lain, lha kalau yang belum punya piye?? … kiranya tidak menjadikan banyak pertanyaan di kemudian hari. tetapi jika kemudian gambar narziez di pajang di web atau ditempat umum yang bisa dikomsumsi public bisa jadi banyak persepsi… mulai dari sebatas kenangan semata, mengenang saat-saat bahagia bersama duch bahasanya, sampai pada benar-benar nampang. tetapi itu kembali kepada urusan masing-masing yang memajang gambarnya.
terlebih jika kemudian Narziez ini menghinggapi kalangan akhwat (lhoooo). dengan alasan yang sama dengan ikhwan ketika hanya menjadi konsumsi pribadi rasanya masih wajar-wajar saja. maklum akhwat juga manusia. sekali lagi jadi Konsumsi Pribadi dan keluarga. jika sudah membuka akses untuk jadi konsumsi public, tinjauannya bisa jadi lebih jauh dari pada ikhwan Narziez. lho kok??
Pintu Fitnah yang ditimbulkan Akhwat Narziez akan lebih besar dari pada ikhwan Narziez. dalam pandangan ikhwan, seorang akhwat yang nampang akan sangat jauh dibanding ikhwan nampang dalam pandangan akhwat. walaupun tidak menutup kemungkinan juga menimbulkan efek yang sama. maksudnya??
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Ali Imron : 14). 
akhwat dalam pandangan ikhwan akan sangat berbeda. bisa terlihat lebih menarik, mempesona, lho…… tetapi berbeda halnya jika ikhwan dalam pandangan akhwat. magnet ikhwan dalam pandangan akhwat tidak sekuat magnet akhwat dalam pandangan ikhwan. 
secara Fitrah seorang laki-laki akan sangat tertarik dalam pandangannya kepada wanita, sebaliknya seorang wanita akan sangat tertarik bukan kepada laki-laki, tetapi lebih kepada perhiasan (baca : harta benda). Sok tau aja!! sehingga secara fitah, wajar jika seorang  lak-laki “mengumpulkan” istri dan seorang wanita suka mengkoleksi dan menyimpan berbagai perhiasan, misal cincin, kalung. Lho kok sampai sini ngomongnya…. 
belum lagi jika Gambar Akhwat bisa diakses dengan gratis, tidak menutup kemungkinan “peng-akses”nya tidak hanya sebatas kalangan ikhwan jenggoter saja. manusia yang mempunyai watak usil dan jahil lagi dekil (baca :  manusia parah), sehingga, meng-edit edit gambar tersebut kemudian di posting lagi dalam keadaan yang jauh berbeda. jika menjadi lebih bagus, kelihatan sedang melaksanakan umrah itu sihh jadi seneng, tetapi jia hasil akhir dari edit-edit tersebut menjelekkan dan menghancurkan reputasi pengemban “risalah” jadi gemez pengin njitak orangnya (hehehe). hancurlah semuanya.
membangun kepercayaan publik bagi seorang “pengemban” risalah butuh waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. tetapi untuk menghancurkan kepercayaan tersebut cukup waktu setengah jam atau bahkan kurang dari itu.
akhirnya silahkan semua manilai akan niatan narziez tersebut, baik kalangan jenggoter atau jilbaber.. Gud lak!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar